Senin, 06 Juni 2016

Ramadhan datang lagi, sebuah bulan penuh rahmat dan penuh esensi bagi umat muslim. Bagi saya ramadhan adalah sebuah bulan yang menyimpan ambient berbeda nan khas. Ketika siang, ramadhan menjadi medan perang yang penuh keluh dan peluh. Menjelang malam, semua berganti 180 derajat menjadi tenang dan penuh haru biru juga bahagia. Bulan yang aneh.

Kali ini saya memasuki ramadhan ketiga dengan kondisi jauh dari mama dan adik-adik yang lain, hanya berdua papa di rumah. Sekaligus ramadhan kedua tanpa nenek.

Kondisi yang penuh teka-teki sebab menuntut untuk bergerak cepat juga tanggap dalam setiap harinya. Urusan berbuka dan sahur kita siapkan sendiri.

Namun, sejujurnya ramadhan kali ni tidak membuat menarik saya sama sekali. Entahlah. Sahur pertama serasa sepi sekali. Tidak seperti tahun-tahun lalu, saya rindu.

Saya benar-benar rindu dengan kondisi kehidupan lama.

Entah sampai kapan saya terus teringang-ngiang dengan kondisi masa lalu. Seperti seseorang yang tidak bisa menerima kenyataan bahwa semua hal telah berubah. Saya seperti terperangkap dalam kotak dan tidak beranjak kemana pun. Mencoba mendobrak keluar namun tak kunjung berhasil, hingga akhirnya lemas tak berdaya.

Kemudian menjadi satu permasalahan yang sekarang sedang saya coba selesaikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar