Senin, 20 Juni 2016

Catatan #SIMON pt. 1

Aku kadang terheran-heran dengan mereka, bagaimana bisa membenci diri ku tanpa pernah sekalipun menghabiskan malam berdua bersama ku. Mereka seolah-olah paling tau siapa aku, hanya bermodal stalking sosial media ku dan membaca apa yang aku muntahkan di laman digital itu. Bisa-bisanya mereka menjustifikasi diri ku. Mereka adalah kumpulan orang yang seakan paling tau diri ku melebihi diri ku sendiri.

Perkataan ibu selalu membayangi benak ku, "Diam saja berresiko. Bagaimana kamu bergerak, mon ?" Ibu benar.

Semakin hari, semakin aku merasa bahwa tidak ada satu orang pun yang bisa aku percayai. Semua orang bisa saling bergantian menjadi musuh-teman dalam waktunya yang berbeda. Seperti sahabat ku, Darto, ah aku sungguh malas menyebutnya sahabat setelah apa yang ia lakukan pada ku minggu lalu. Aku kaget dengan tingkah laku serta ucapannya ketika itu, Darto membunuh karakter ku perlahan. Padahal ia adalah orang yang paling aku percaya dalam segala hal bahkan urusan paling pribadi sekalipun. Ada juga si Noel, aku tidak pernah suka dengannya, sebab selalu merasa paling hebat dalam segala hal. Tetapi kemarin ia datang menemui ku, lalu tak seperti biasanya, ia memberikan space bicara yang lebih banyak untuk ku bahkan ia memberikan solusi. Ia tak lantas menghujat ku seperti biasanya.

Hidup ini memang dinamis nan lentur, semua hal bisa berubah tanpa terlebih dulu berkompromi dengan setiap makhluknya. Lihat saja dua orang yang aku ceritakan di atas.

Ada satu perkataan ibu yang selalu aku pegang, "Jangan pernah menggantungkan hidup pada orang lain. Sebab manusia adalah makhluk paling lemah. Jika kau menggantungkan hidup mu pada salah satu dari mereka, dan ketika mereka mulai goyah maka kau akan jatuh bersamanya." Sekali lagi ibu benar. Sejak mendengar ucapan ibu, aku selalu merasa bahwa memang sepatutnya aku bersandar pada diri sendiri.

Oh yah, aku sangat berterima kasih sekali pada Alfian sebab ia telah memberi ruang untuk ku berkeluh kesah seperti ini dalam blognya. Aku malas sekali membuat blog sendiri, bukan apa-apa, aku tak punya uang untuk membeli laptop dan kuota. Untuk online saja masih dengan handphone keluaran paling baheula dan mengandalkan koneksi dari wifi pemerintah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar