Hari yang melelahkan telah berhasil ia lewatkan. Selama kurang lebih empat hari berbaring di atas kasur, kini ia duduk di bangku kayu biasanya. Sembari menghisap rokok, "sudah lama tidak ngrokok," katanya. Istrinya hanya geleng kepala melihatnya. Dasar manusia keras. Sudah saya prediksi, dia pasti rindu mencumbu asap tembakau.
Duduk santai, menikmati sore yang cukup ramai dengan perban menempel pada pelipisnya. Ia persis atlet tinju yang baru pulang bertarung. Kepulan asap keluar dari mulutnya, seperti ada rasa kebebasan di sana.
Ia tak hentinya melihat ulang fotonya sendiri, tanpa rasa ngilu sedikit pun. Namanya juga si manusia keras. Ia persis seperti abangnya, yang pernah menahan patah tulang hidung dari Cawang hingga Tanggerang dengan mengendarai motor sendiri.
Ia begitu menikmati hari pertamanya pulang ke rumah, "pegal kepala, tidur terus," keluhnya. Asap terus berhembus ke langit. Ia merasa lega sekarang, tapi sabtu nanti harus kembali checkup untuk buka perban dan jaitan. Bukan masalah yang besar, kecuali ia bingung gimana nanti pakai helm.
Sementara dari dalam rumah, istri nya sedang grasak-grusuk bebenah pakaian untuk pulang ke Garut. Suatu hal yang sebenarnya tidak ia khendaki, namun anak perempuan dan lelakinya tidak bisa lama absen dari kuliah juga sekolah. Sebuah keputusan yang berat memang. Setidaknya mereka berdua sudah saling menjaga dalam empat hari terakhir ini.
"Tuh kan rokok aa, di abisin," keluh saya, bercanda. "Iya, nanti papa ganti. Pelit amat," celetuknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar