Selasa, 09 Juni 2015

Saya yakin rezeki bisa hadir dalam bentuk apapun selain uang. Seperti halnya kemarin malam di Kedai Tjikini, niat awalnya hanya ingin menyaksikan unit folk/ballad kesukaan saya dari Surabaya yakni Silampukau yang sedang promo tour album Dosa, Kota, Kenangan. Juga mewawancarai mereka seputar album dan kota asalnya. Namun tanpa diduga banyak bertemu kawan lama dan juga baru, terlibat obrolan santai, serius, sampai basa-basi.

Tanpa direncana saya bertemu dengan Raka (Disorder Zine/Pamflet) seseorang yang mengenalkan saya secara tak langsung dengan Silampukau sekaligus salah seorang penulis terbaik versi saya yang dimiliki Jakarta saat ini. Kita berbicara banyak soal Sajama Cut yang baru saja lepas album baru dan juga baru saja ia review secara mendalam, ruang publik yang semakin sempit, Silampukau dan Payung Teduh, sampai membuat lelucon tentang Dul-nya Ahmad Dhani yang kebetulan malam itu juga hadir.

"Gua pikir vokalisnya Steelheart loh," ujar Raka ketika melihat Dul. "Tapi mirip Shania (Twain) deh," celetuknya.
"Hahaha," saya tak bisa menahan tawa. Tapi memang sepertinya dul mengadopsi gaya rambut dari Shania Twain deh.

Bertemu lagi dengan Ananda (Bandaneira) yang sempat tiga tahun lalu bandnya saya interview selepas pesta peluncuran album debutnya. Kita ngobrol sedikit soal niat saya untuk mengajak Bandaneira main di event Aspirasi Oktober mendatang dan dia sangat welcome. Baguslah.

Lalu saya banyak ngobrol dengan penjual batu akik yang panjang lebar bicara soal seni karna menganggap saya adalah mahasiswa IKJ. Si Abang Batu ini tipe pekerja keras, dari pagi hingga jam 3 sore dia bekerja di Kelurahan Cikini dan Jam 4 mulai bekerja sampingan berjualan batu. Kemarin dia juga baru dapat kebanjiran orderan 20 batu cincin dari anggota dewan. "Orang kaya gitu (anggota dewan) gak masalah soal nominal. Yang penting bagus," ujarnya. Dia senang sekali dengan tipe konsumen seperti anggota dewan itu. Selain itu dia pun menjadi informan untuk pada pedagang kaki lima kalau akan ada mentertiban lahan dari Satpol PP. "Saya gak tega. kita semuakan sama-sama cari makan di sini."

Dan dari banyak orang yang saya temui ketika menanyakan dari mana saya dan saya jawab "Dari Depok". Selalu langsung menuding bahwa saya kuliah di UI. Tapi saya jelaskan, bahwa saya kuliah di UPN "Veteran" Jakarta dan reaksi mereka kebanyakan mengernyitkan dahinya lalu bilang "UP yah ?", "Dimana tuh ?" dan "Ohhhhh", yang terakhir itu adalah respon pura-pura tau sebenarnya.

Malam itu juga saya ketemu lagi dengan mahasiswi UNPAR yang tahun kemarin saya lihat di IFI Bandung. Dan saya berhasil ngobrol dengannya sedikit tapi tetep gagal mengetahui namanya. Sial!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar