Kamis, 25 Juni 2015

Mendengar kabar bahwa Dittus dan Iyoung akan segera menutup Honest, adalah ketakutan saya yang menjadi nyata. Sejujurnya, saya tak rela melihat mereka tercerai seperti ini. Tapi saya tak punya otoritas apa-apa.

Sejak mama dan adik-adik saya terpaksa hijrah ke Garut dan saya tinggal berdua dengan papa di Depok, Honest menjadi rumah kedua saya. Kita memang gagal menjadikan Honest sebagai info house, gagal menjadikan Honest sebagai learning center, gagal merajut mimpi untuk hidup secara kolektif, dan pada akhirnya Honest berjalan menjadi bisnis murni. Tapi saya setuju dengan Dittus:

"Honest sablon memang lebih dari sebuah alat bisnis. Banyak teman yang datang kesini untuk mengajarkan kami banyak hal, mengajarkan kami nilai nilai kehidupan, kejujuran, tanggung jawab, cinta, dan harapan."

Tanpa label anarkisme, agama, atau isme-isme apapun tanpa ataupun kita sadari, selama berjalanannya Honest telah banyak menciptakan ide-ide tentang nilai-nilai kemanusiaan. Entah nilai-nilai tersebut berhasil kita implementasikan bersama, pun masing-masing dalam kesempatan yang berbeda pula.

Saya benar-benar merasakan kehilangan tempat berteduh, tempat dimana saya bisa menjadi manusia sebenarnya, melakukan apapun, saling toleransi, dan menghargai jenis manusia yang beragam. Honest memang lebih dari sekedar rumah bisnis, di sana berhasil menjadi tempat diskusi, keluh kesah, kreativitas, dan sekaligus menimba ilmu informal yang mungkin jika di hitung biayanya melebihi biaya kuliah manapun.

Terlalu banyak kenangan yang menempel lekat di sana. Kita pernah seseru mungkin berdiskusi tentang isme, agama, bahkan percintaan. Kita pernah meracau lalu bernyanyi tak tentu arah sebab terlalu mabuk tak karuan. Kita pernah bersitegang karna "penyusup" bertangan panjang. Kita pernah merenung karena kehidupan. Satu momentum dalam hidup saya yang begitu bermakna sekaligus mewah.

Disana, kita terlihat seperti pemuda tak punya masa depan yang kerjaannya nongkrong sampai pagi hanya sekedar untuk membahas masa depan. Kadang lapar melanda dan harus menahan. Kadang mandi pun enggan. Satu hal yang melekat sekali, tiada hari tanpa diskusi di Honest. Kita persis gembel intelektual yang kerjaannya mengupas tentang anarkisme, kapitalisme, islam, wanita, dan hal-hal berserta sistem yang ada di dunia fana ini.

Saya kehilangan satu tempat nongkrong yang dianggap tak jelas oleh orang banyak namun sebenarnya adalah workshop mengasah otak yang sangat menyenangkan yang pernah saya miliki.

Honest adalah surga dunia bagi saya. Selamat tinggal. Semoga kita bisa merasakan hal yang sama dalam bentuk yang berbeda. Terimakasih sudah mewadahi kami untuk belajar juga mabuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar