Sabtu, 13 Juni 2015

Kehidupan ini semakin membelenggu jiwa saya. Entah harus dengan cara apalagi membuat benang yang kusut menjadi lurus kembali. Rasanya saya letih menghadapi diri sendiri. Bagaimana dengan bunuh diri ? Dalam suatu waktu pikiran saya benar-benar berkecamuk. Akumulasi dari segala macam problem yang kian kompleks. Saya sudah mencoba mendekatkan diri pada tuhan namun gagal oleh pujian. Yah, alih-alih ingin ibadah saya justru merasa ria. Saya hentikan sejenak. Sekarang saya hanya bisa mengumpat sendirian, menghisap rokok, menenggak beer dingin, kemudian meratapi kehidupan. Sial! Saya bener-benar merasa tak berguna.

Sebentar lagi UAS datang. Saya pesimis semua mata kuliah bisa lulus. Sepertinya saya akan menghabiskan lima tahun di kampus. Kadang saya berpikir untuk segera mengakhirinya di tengah jalan dan lekas mencari kerja saja. “Bukankah hidup itu pilihan ?” Tapi sayangnya saya lebih mudah mengatakan hal itu kepada teman-teman ketimbang diri sendiri. Tolol!

Saya juga lelah mengkambing hitamkan hal lain demi sebuah hal lainnya. Saya sadar semuanya balik lagi ke persiapan diri sendiri. Dalam beberapa hal, saya belum siap namun dipaksakan. Hasilnya tak maksimal, lalu saya mengumpat sendiri lagi. Menjenuhkan memang memiliki otak yang tak bisa kita kendalikan. Ingin saya bor saja rasanya.

Saya pun menjadi bingung ingin berkeluh kesah pada siapa. Semua orang punya masalahnya masing-masing. Lagi pula belum tentu mereka semua bisa menjadi pendengar yang baik buat saya. Jika begini terus, saya takut semua hal dalam hidup ini akan berantakan. Dan, saya semakin menjadi bahan tertawaan orang-orang yang sedari lama menunggu titik lemah saya untuk jatuh. Takut pula menjatuhkan harapan mama dan papa yang nampaknya terlalu bangga dengan anak pertama nya ini. Takut juga saya tak bisa menjadi panutan untuk adik-adik saya.

Saya hisap rokok secara cepat dan terus menerus. Walau saya sadar, hal tersebut tidak membawa solusi. Saya hanya sedang membuang-buang waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar