Jumat, 18 Desember 2015

Mungkin saya adalah orang paling berantakan, dalam arti saya tidak bisa me-manage pikiran sendiri. Seharusnya minggu ini saya fokus pada penyelesaian laporan PKL dan sisa tugas mata kuliah lainnya. Tapi saya malah memikirkan hal lain, yakni tulisan mengenai relevansi terminologi Kontra-Kultur dalam komunitas punk di Indonesia. Yang saya anggap sudah pincang dan tidak memiliki konsepsi yang jelas. Pikiran untuk membuat tulisan tersebut seketika muncul, dikarenakan gejala yang saya lihat dari tidak berkembangnya wacana kontra-kultur tersebut kearah yang signifikan. Lalu saya mulai melakukan riset kecil-kecilan terhadap beberapa komunitas seperti Rumah Pirata di Bandung dan Rumah Api di Malaysia, sebagai komponen yang saya pikir cukup memberi pergerakan signifikan terhadap wacana kontra-kultur itu tadi. Yang rencananya akan saya kaitkan dengan teori Anarkisme dan Organisasi milik Errico Malatesta.

Selain itu gejolak pikiran saya ditambah dengan hasrat skripsi yang mendadak muncul. Dalam benak saya akan membuat judul penelitian tentang Perspektif Anarkisme Dalam Media Massa dan Dampak Terhadap Khalayak, yang mana saya mencoba menggunakan dua metode sekaligus: kualitatif dan kuantitatif. Hal tergila yang akan saya ambil, mengingat track record saya untuk mata kuliah MPK tidak terlalu bagus. Namun hal ini perlu dilakukan, karna saya tidak hanya bisa menguak mis-interpretasi yang terjadi di media massa terhadap anarkisme (kualitatif) namun perlu juga melihat apakah mis-interpretasi itu terjadi pada masyarakat sebagai konsumen media (kuantitatif). Alasan saya tertarik dengan pembahasan judul ini, dikarenakan saya melihat salah penafsiran kata anarkisme sebagai produk ontologi manusia dan media sudah berperan besar dalam semua kedistorsian informasi ini. Sehingga kita merasa asing dengan anarkisme yang sebetulnya perlu juga dijadikan bahan pembelajaran tingkat universitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar