Selasa, 29 Desember 2015

Disela-sela kesibukan saya melayout 64 halaman untuk sebuah majalah dan laporan magang yang stuck di Bab III, pikiran saya tercuri oleh pemberitaan media massa menjelang pergantian tahun ini. Yakni perihal berita tentang maraknya terompet berbahan kertas al-quran yang menghebohkan orang banyak. Beberapa teman di media sosial ikut menyebarkannya, tak jarang mereka tersulut oleh berita murahan seperti ini.

Belakangan ini saya mulai mencoba membentengi diri dari segala macam pemberitaan mengenai agama, khususnya Islam. Saya menolak untuk aktif mengutuk ataupun menyebarkan berita tersebut. Buang waktu saya pikir, karena apapun yang orang lain perbuat dan katakan tentang Islam tidak akan mengurangi kesuciannya sama sekali. Sekalipun Charlie Hebdo membuat karikatur Nabi, Amerika melabeli muslim dengan teroris, beberapa orang sesumbar soal Islam sebagai sumber pertikaian yang terjadi di dunia. Tetap saja Islam itu suci. Karena saya berpegang teguh bahwa Allah itu mahasuci, mahapenyayang, mahapengasih, dan mahasegalanya. Jadi apapun yang dunia katakan, itu hanyalah omong kosong. Saya menolak terprovokasi.

Walaupun dalam hemat saya, melihat adanya upaya untuk mendomestikasikan islam layaknya yang terjadi pada anarkisme dahulu kala. Melalui berbagai pemberitaan juga stigma yang ditujukan pada islam di dunia. Namun di sini lah kita semua di uji. Bukankah setan itu maha penghasut ? Kita perlu berpikir jernih dalam ketenangan batin untuk mencerna semua ini juga (apabila) untuk melakukan fightback.

Sebut saya apatis itu lebih baik, ketimbang menjadi bahan olok-olokan mereka yang berhasil menyulut bensin ke kerumunan orang islam. Saya percaya pada kekuatan doa. Lebih baik saya fokus pada hal lain, daripada harus ikut terbakar dan menjadi abu tanpa makna.

Apa jangan-jangan kita semua meragukan doa ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar