Saya tak pernah terganggu dengan mereka yang dualisme pun saya tak mau juga membatasi hak mereka untuk mengembangkan diri walaupun itu di luar Aspirasi. Karna kita tidak pernah tau potensi diri tergali di mana. Tentu asalkan bagi waktu dan tanggung jawab dapat terpenuhi, tidak jadi soal. Saya juga tak masalah dengan mereka yang sudah atau akan lulus 3,5 tahun, malah saya bahagia melihatnya. Mereka bisa lebih cepat membalas budi orang tua, orang yang melahirkan kita, karna kita tidak lahir dari ADRT!
Diluar sana mereka sibuk mempertanyakan ini semua. Buang waktu saja. Atas dasar apa ? dasar bahwa mereka mempunyai rasa memiliki ? Mereka hanya mencoba menerapkan hasil evalusasi tentang zamannya yang dulu gagal. Tapi mereka tidak benar-benar melihat kondisi sekarang. Asumsi terus digulirkan.
Saya pun sekarang sudah diterima kerja oleh Erigo. Saya sudah tau pasti dampak apa yang akan dihadapi nanti, semuanya sudah diluar kepala. Keputusan kerja ini bukan saya tentukan satu hari, dua hari, atau seminggu tapi berbulan-bulan. Bahkan jauh sebelum menjadi Pemred saya memproyeksikan diri untuk kuliah sambil bekerja. Saya baru benar-benar merasakan terdesaknya beberapa bulan terakhir ini, dan saya pikir "oke gua harus kerja!". Habis saya sudah bingung bagaimana caranya mengakali finansial. Saya lelah makan di warteg dengan dua lauk pauk dan air putih dingin. Saya lelah harus mengisi botol shampo dengan air. Saya lelah harus menahan diri di rumah selama tiga hari agar bisa nonton gigs. Sementara itu saya sadar, organisasi tidak bisa diandalkan sebagai ladang uang. Saya tak bisa membuat Job Fair. Saya tak bisa membuat Safety Riding. Saya juga tidak bisa mengharapkan iba kalian. Maka dari itu, saya bekerja.
Profesionalisme dalam organisasi jelas perlu namun tidak bisa disetarakan dalam dunia kerja. Orientasinya berbeda.
Dan saya pikir, saya juga sedang membuang banyak waktu ketika bersama mereka. Lebih baik saya memikirkan marketing untuk REEBS.
Talk Less Do More!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar