Selasa, 27 Oktober 2015

Kacau! Saya menuai kegagalan kembali. Saya menghisap lebih dari tiga batang rokok hari ini. Saya telah melanggar janji pada diri sendiri. Penyebabnya Lutvy datang ke rumah dan mengajak ngobrol panjang lebar -satu hal yang tak bisa saya lewatkan tanpa rokok. Lutvy dan Dittus malam tadi mampir ke rumah, sebenarnya cukup lelah maka dari itu sebelumnya saya memperingati untuk tidak nongkrong terlalu larut. Sayang, kita berhenti tepat pada pukul tiga pagi. Saya hanyut dalam obrolan.

Dittus yang belakangan ini saya ketahui sedang dilanda kegalauan dalam tempatnya bekerja karena tidak sesuai dengan syariat islam -hanya sedikit orang yang mempunyai alasan seperti ini dalam lingkaran saya dan itu mengagumkan- pada akhirnya mendapatkan solusi. Setelah bekerja sebagai sales mobil ia rasa terlalu banyak mudharat daripada berkah, akhirnya ia mendapat tawaran untuk bekerja sebagai marketing ayam. Satu hal yang ia syukuri, saya pun cukup senang karena dia punya basic yang bagus dalam marketing. Semoga saja kerjaannya nanti sesuai dengan khendaknya selama ini.

Lutvy pun begitu, setelah hengkang sebagai layouter untuk salah satu media massa, ia menemukan kebuntuan ditempat kerjanya yang baru. Sepertinya ada hal yang membuat ia bosan dengan kerjaannya saat ini. Entah detailnya seperti apa, saya pun kurang bisa menerka. Namun dia adalah orang yang bersemangat sekali untuk berwirausaha dan mencoba mengajak kami berdua. Lalu saya menyarankan untuk membentuk sebuah PH karena kita mempunyai basic yang cukup memenuhi untuk melakukan hal itu. Lutvy mahir design, bermusik, dan foto. Dittus bisa marketing. Saya bisa menulis, design, juga foto. Beberapa teman juga ada yang menggeluti broadcasting. Saya rasa jadi tepat. Tapi kita tidak menemukan ide yang ideal untuk menjadi PH. Lalu saya datang dengan ide yang super gila, yakni membentuk LSM. Saya jelaskan pada mereka soal work flow mapping nya. Lutvy sedikit setuju, namun Dittus tidak, ia takut menjadi gelap mata. Yah, work flow mapping yang saya tawarkan memang diluar dari prinsip hidup saya selama ini. Sejujurnya saya pun tidak benar-benar rela apabila nanti menjalankannya. Resikonya terlalu besar dan kentara akan mudharat.

Dittus dan Lutvy pun terus berpikir. Lalu saya teringat dengan beberapa kelompok yang bisa survive dengan passionnya, sebut saja teman-teman di Ruangrupa dan Pirate Punk. Dimana mereka bisa hidup dari apa yang awalnya menjadi hobby mereka. Kita pun sepakat bahwa mereka adalah orang-orang yang percaya dan pada akhirnya konsisten untuk terus hidup di jalannya. Oke, intinya kita harus percaya pada jalan yang kita pilih. Lalu saya mengusulkan untuk membuat sebuah portal berita anak remaja, Lutvy pun ternyata sepemikiran. Dittus mengiyakan. Dengan naifnya, saya melihat potensi cukup besar di industri itu. Akhirnya kita rampungkan konsep kasarnya seperti apa dan bagaimana. Hal ini akan menjadi serius, setidaknya setelah saya turun jabatan di Aspirasi nanti. Setelah Lutvy menyelesaikan bulan-bulan yang hectic dalam kerjaannya. Selepas Dittus yang keluar dari kegalauan tempatnya bekerja. Selama itu, kita akan pelan-pelan mengumpulkan power untuk merealisasikan hal ini.

Malam itu terkikis oleh obrolan panjang seputar pematangan konsep dasar, tanpa saya sadari sudah banyak pesan menunggu untuk di baca dan jarum jam yang menyentuh angka tiga. Beberapa menit lagi adzan subuh. Lutvy harus berangkat kerja pagi-pagi. Dittus juga begitu. Saya harus ke Komunitas Bambu jam sebelas nanti, tapi belum juga tidur hingga sekarang. Tapi tak soal, saya kembali begadang untuk suatu hal yang bermanfaat dan tentunya menghasilkan sebuah ide. Saya selalu senang malam, apabila seperti ini. Penuh makna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar