Terlalu mudah membuat janji dan sulit menolak tawaran orang terkadang mengantarkan kita pada lobang penuh kekecewaan. Bukan kita yang kecewa tapi orang lain. Terlebih lagi apabila kita membuat janji tanpa memikirkan akurasi waktu yang dimiliki. Bukan saja merugikan orang lain, juga diri sendiri.
Kiranya begitulah saya. Hanya karna tak bisa menolak tawaran orang karna nggak enak hati, apalagi kalau yang sifatnya 'bantuan', jika ditolak takutnya dibilang ga peduli, sok sibuk, dan sejenisnya. Saya sering kali membatalkan janji dengan orang lain karna tiba-tiba teringat bahwa sebelumnya sudah mempunyai janji dengan orang lain. Tentu hal seperti itu menimbulkan perspektif buruk pada diri saya. Di labeli 'banyak alasan' pun sepertinya sering. Padahal awalnya saya menerima tawaran seseorang dengan maksud untuk menghargai silahturami, namun berkat kelalaian saya dalam mengatur waktu pun yang pada akhirnya menyesatkan diri sendiri.
Sepertinya saya masih menjangkit sindrom 'takut dibenci', hal yang sudah 5 tahun terakhir ini coba saya lawan. Terlalu arogan apabila saya menginginkan untuk selalu disukai banyak orang karna tak pernah mengecewakan mereka. Faktanya ? yah seperti ini. Mudah bikin janji, mudah pula membatalkan.
Belajar untuk menolak tawaran seseorang itu penting. Kita perlu sadar bahwa kita bukanlah superman yang bisa melakukan/berada dimana-mana dalam satu kesempatan atau jenjang waktu yang tak jauh berbeda. Terlebih lagi, kita perlu sadar dengan porsi waktu yang kita miliki. Tidak semua hal bisa dijadikan prioritas dalam waktu bersamaan. Terlepas orang tersebut kecewa dan menganggap kita tak peduli, tak setia kawan, atau apalah, itu urusan belakangan. Bisa juga orang tersebut kita berikan pengertian yang konkrit.
Sadar kemampuan, itu poin pentingnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar