Minggu, 29 Maret 2015

Ada beberapa hal yang mengerikan dalam lingkar pertemanan: 1. berada satu lingkar dengan teman yang suka minjem barang tapi gak pernah dibalikin, 2. klepto, 3. suka berguncing tentang orang lain berdasarkan dirinya sendiri atau sangat subjektif, 4. senang menjustifikasi orang dengan predikat pelit tapi gak pernah mau dibilang pelit, 5. suka mengomentari tapi gak pernah mau dikomentarin.

Tapi diantara ke lima poin diatas ada hal yang paling mengerikan yakni berteman dengan orang yang moody. Moody adalah suatu sifat yang dimiliki oleh seseorang, yang mana orang tersebut sering berganti-ganti suasana hatinya, kadang tanpa suatu penyebab yang jelas dan dalam waktu yang relatif singkat. Moody bisa juga dikatakan sebagai mood disorder.

Kenapa mengerikan ? Karna tipe teman seperti ini kadang bisa mendadak bosan, kesal kepada kita tanpa suatu alasan yang jelas. Dalam suatu waktu kita bisa melakukan hal yang menyenangkan bersama, tertawa bareng, bahkan saling ejek tanpa sekalipun diambil serius. Tapi selang beberapa menit, teman yang moody bisa sesekali membosankan dan teramat sensitif. Kemudian kadang membuat kita menjadi bertanya-tanya, "ada apa ? apa yang salah ?".

Kadang saya pun merasa jengah berteman dengan tipikal orang seperti ini. Membuat kita harus menuruti perasaan dia saja, seperti hanya dia yang mempunyai perasaan dan pantas disesuaikan kapanpun yang diinginkan. Seakan menempatkan kita seperti robot. Apalagi kalau sudah diberitahu sekali tapi tetap tak ada perubahan, lebih baik saya membatasi pertemanan dengannya deh. Saya tak mau menambah dosa dengan membenci orang lain.

Kau yang sedari tadi linglung berdiri di simpang jalan. Tak jelas arah tujuan. Pola gerak tubuh mu kikuk, bahkan seorang kakek rabun sekalipun mampu melihat anak burung mengeliling kepala mu. Pandangan mu mengarah, menjulang tinggi ke arah bangunan pencakar langit yang berjajar rapih. Sudahlah tak perlu lagi kau pertanyakan fungsi-fungsi bangunan tersebut. Toh, para tuan mu tak pernah paham benar apa itu AMDAL.

Telinga mu seakan tuli, padahal riuh klakson menyeruak tajam. Ada apa lagi ? Sudahlah isu kemacetan itu hanya membuat kau terluka dalam, toh produsen-produsen kendaraan itu berhasil menyisipkan uang di kantong tuan mu. Untuk apa kau pusingkan hal yang tak bisa kau atasi. Bukan karna kau pun memiliki motor bebek.

Sebab apa kau pun meragukan umur pepohonan ? Cepat atau lambat, pohon-pohon itu akan segera menjadi legenda. Peta dunia tak akan ada lagi warna hijau. Nimati saja, nanti kau pun kan terbiasa.

Sekarang, dengan siapa kamu akan bergantung ? Lembaga Lingkungan Hidup ? Tuan-tuan mu ? Atau profesi mu sebagai wartawan ? Alah, wartawan. Cita-cita mu tuk menjadi wartawan tetap tak memberi pengaruh apa-apa terhadap keberlangsungan hidup mu. Tidak akan mampu merubah status skrup kapital mu juga. Selamanya kau akan tetap menjadi kuda dengan rantai kekang di mulut. Toh, para bos mu itu pun adalah teman karib dari salah seorang tuan mu. Mereka sangat dekat, kau tak bisa berbuat apa-apa.

Nikmati saja hidup mu. Warnai hidup mu yang fana ini dengan penuh kegembiraan. Gantungkan saja nafas mu pada ia seorang. Hanya dia yang mampu kau percayai karna takkan mungkin berdusta. Tenang, dia tidak sedang tidur. Hanya sedang menikmati permainan bos dan tuan-tuan mu yang lalim. Nanti juga, ada waktu kau akan tertawa terbahak-bahak dan merasakan lega teramat dalam.

Sekarang tak ada gunanya berdiri terus di simpang jalan ini. Melangkahlah ke arah yang kau suka, namun jangan lupakan tapak awal kau berasal.

Sabtu, 28 Maret 2015

Iseng Poto: rumahsakit Rilis Album Timeless

Saya mungkin termasuk dari sebagian banyaknya penggemar rumahsakit yang ingin menyaksikan band idola tampil dengan formasi baru. Yah, setelah Andri Lemes hengkang kini posisi vokal diisi oleh Arif. Butuh waktu untuk adaptasi memang, tapi setelah didengar karakter vokal Arif mempunyai karakter yang ciamik. Tentu hal ini memberi dampak bagi rumahsakit sendiri, mereka jadi lebih harmonis. Kalau dulu saya menyebutnya sebagai band indie-pop dengan sentuhan punk rock (if you know what i mean).

Album terbaru mereka yang bertajuk Timeless, sudah selama tiga hari ini menemani hari-hari saya di sekret Aspirasi. Sepertinya penduduk sekret juga menyukainya. Jelas aja, band ini memang keren sih.

Ini Arif, vokalis barunya rumahsakit




rumahsakit ft Jimi plays "Kuning"



Iseng Poto: Morfem

Pasukan fuzz-rock (alah! term apalagi ini fi ?), yah sebut sajalah indie-rock juga. Oke, Morfem selalu bisa membuat saya berdecak kagum sembari bergumam "Anjing! Kok lo keren sih!". Entah, sudah berapa kali saya melihat live panggung mereka, namun tidak pernah membosankan, selalu ada hal baru yang mereka persembahkan. Entah merekontruksi lagu sendiri atau meng-cover lagu band lain dengan versi mereka pastinya.

Berikut ini adalah foto Jimi cs. sewaktu menjadi band pembuka rumahsakit di The Foundry Sudirman Jakarta Selatan, Selasa (24/3) kemarin.






Iseng Poto: Barefood

Selasa (24/3) kemarin, saya berkesempatan untuk menyaksikan trio indie-rock Jakarta, Barefood, lagi. Mereka tampil dalam rangka sebagai band pembuka untuk rumahsakit yang sedang rilis album keempat bertajuk Timeless.

Penampilan Barefood malam itu cukup memukau, walaupun sempat terkendala pada salah satu effect guitar yang tak mau menyala ketika "Drone" dimainkan. Mereka selalu mampu mengantarkan nuansa musik alternative-rock 90-an, memang.

Trio Barefood Live in The Foundry Sudirman
(rumahsakit Launching Party for Timeless)




Jumat, 27 Maret 2015

Wahai penguasa kosmos, segala induk dari semua hal dan zat yang bergerak. Rasanya lelah menghadapi sebuah ordo mutakhir. Yang mana terlalu banyak lembar terselip yang kita semua sulit percayai. Sebuah lembar penentu nasib seseorang. Aku lelah berkeluh kesah. Namun aku tak kuasa melawan. Benar kata orang tua itu, dunia adalah neraka yang sebenarnya. Padang pasir jauh dari sini namun fatamorgana ada dimana-mana. Merajam kaki hingga tulang belakang. Sakit, bukan kepalang. Sampai kapan semuanya berakhir ? Sampai semua ciptaan mu dibuatnya menjadi hologram, kah ? Jika kau mengizinkan aku untuk hidup berpuluh-puluh tahun, titpkan semangat mu dalam denyut nadi ku ini. Biarkan aku bernafas walau kadang terengah. Tidak ada yang aku butuhkan dari sebuah pemantik gelora jiwa. Kirimkan satu untuk ku. Maka akan ku selesaikan bab-bab kegelisahan ini dengan penuh suka cita.

Selasa, 24 Maret 2015

Seminggu menderita flu bukan berarti aktifitas saya harus terhenti. Perkara hidung berlendir dan suara bindeng, masih bisa diatasi. Walau kadang harus kuliah dan rapat di Aspirasi dengan kondisi setengah mengawang. Tapi hari ini benar-benar berat, pening di kepala seharian tak mau hilang. Saya pikir ini masih efek dari flu dan ditambah kondisi yang tak terjaga dua hari belakangan ini. Bisa jadi karna efek begadang malam minggu kemarin.

Rasanya ingin saya ikat kencang kepala ini, habisnya seakan mau meledak. Padahal sebisa mungkin saya mencoba menjaga kesehatan karna kondisi yang jauh dari orang tua dan dengan finansial yang terbatas, jatuh sakit tentu adalah momok yang menakutkan. Seperti pada waktu PAM tahun lalu, berangkat dengan kondisi yang tak bugar kemudian harus bekerja mempersiapkan kebutuhan PAM angkatan 30 dan ditambah kelakuan para senior yang mengada. Alhasil, sepulang PAM saya meringkuk sakit sendirian di rumah. Baru sadar, sakit dalam kondisi tanpa siapa-siapa itu menyiksa banget. Beruntunglah kalian yang masih tinggal satu atap dengan orang tua.

Gigi saya terus bergidik, saking peningnya kepala. Mau tidur pun tak bisa karna baru saja terbangun. Hari ini saya memutuskan untuk pulang lebih cepat dari sekret untuk tidur, memang disengajakan. Dengan harapan besok bisa pulih, karna jika tidak tentu akan menghambat keseluruhannya.

Biarkanlah sakit ini merajam tubuh. Saya akan berusaha menikmatinya. Tapi kalau boleh memilih, jangan sampai harus dirawat inap.

Jumat, 20 Maret 2015

Mimpi buruk paling mengerikan yang pernah saya alami adalah ketika saya bermimpi tentang semesta yang berubah drastis. Ketika negeri hebat ini mencapai titik post-modernisme, sehingga hal-hal yang dulu hanya sebatas khayalan lalu menjadi kenyataan, hal-hal yang hanya kita saksikan di serial kartun pun jadi kenyataan. Lalu semua kosmos menjadi hologram.

Rabu, 18 Maret 2015

Terlalu mudah membuat janji dan sulit menolak tawaran orang terkadang mengantarkan kita pada lobang penuh kekecewaan. Bukan kita yang kecewa tapi orang lain. Terlebih lagi apabila kita membuat janji tanpa memikirkan akurasi waktu yang dimiliki. Bukan saja merugikan orang lain, juga diri sendiri.

Kiranya begitulah saya. Hanya karna tak bisa menolak tawaran orang karna nggak enak hati, apalagi kalau yang sifatnya 'bantuan', jika ditolak takutnya dibilang ga peduli, sok sibuk, dan sejenisnya. Saya sering kali membatalkan janji dengan orang lain karna tiba-tiba teringat bahwa sebelumnya sudah mempunyai janji dengan orang lain. Tentu hal seperti itu menimbulkan perspektif buruk pada diri saya. Di labeli 'banyak alasan' pun sepertinya sering. Padahal awalnya saya menerima tawaran seseorang dengan maksud untuk menghargai silahturami, namun berkat kelalaian saya dalam mengatur waktu pun yang pada akhirnya menyesatkan diri sendiri.

Sepertinya saya masih menjangkit sindrom 'takut dibenci', hal yang sudah 5 tahun terakhir ini coba saya lawan. Terlalu arogan apabila saya menginginkan untuk selalu disukai banyak orang karna tak pernah mengecewakan mereka. Faktanya ? yah seperti ini. Mudah bikin janji, mudah pula membatalkan.

Belajar untuk menolak tawaran seseorang itu penting. Kita perlu sadar bahwa kita bukanlah superman yang bisa melakukan/berada dimana-mana dalam satu kesempatan atau jenjang waktu yang tak jauh berbeda. Terlebih lagi, kita perlu sadar dengan porsi waktu yang kita miliki. Tidak semua hal bisa dijadikan prioritas dalam waktu bersamaan. Terlepas orang tersebut kecewa dan menganggap kita tak peduli, tak setia kawan, atau apalah, itu urusan belakangan. Bisa juga orang tersebut kita berikan pengertian yang konkrit.

Sadar kemampuan, itu poin pentingnya.

Selasa, 17 Maret 2015

Sepertinya otak saya jebol. Tidak ada waktu sebentar untuk rehat kecuali sedang tertidur. Selama hampir 24 jam, otak saya bekerja untuk bermacam-macam hal yang berbeda. Jika dirumah, saya akan berpikir tentang bagaimana bertahan hidup hari ini dan besok dan belum lagi tentang manajemen waktu untuk bebenah rumah. Dikampus otak saya terbagi dua: Aspirasi dan Fakultas, keduanya punya porsi yang sama-sama menguras otak. Diluar rumah dan kampus saya punya sederet hal mulai dari band, label records, dan webzine yang harus dipikirkan juga. Otak saya terus bekerja hingga lelah. Tak jarang saya menjadi blank seketika.

Kata 'santai' akan semakin jauh dari saya. Jadwal kuliah semester ini terpaksa tidak menggunakan metode 'settingan holiday' lagi. Dalam seminggu saya cuma punya 3 hari libur (ini bisa jadi tak libur, tergantung kondisi di Aspirasi). Tamatlah saya.

Mungkin kalau Mama di Depok, semuanya bisa jadi lebih ringan, setidaknya begitu. Saya tidak akan pusing-pusing lagi memikirkan makan apa setiap harinya karna pasti sudah tersedia dan tidak perlu lagi mencarinya terlebih dahulu. Tidak pusing lagi soal pakaian kotor yang menumpuk. Pulang kuliah langsung makan. Apalagi kalau lagi sakit, gak perlu repot ke kontrakan minta kerokin sama Iyoung atau nunggu Papa pulang kerja dulu karna Mama pasti standby di rumah. Ah kadang rindu hal-hal manja seperti itu.

Senin, 09 Maret 2015

Tanpa disadari selama ini, dari sekian banyaknya keluhan saya terhadap kehidupan fana ini. Ternyata banyak manfaat yang telah saya terima. Pertama, saya cukup beruntung semenjak SMP bahkan hingga kini selalu berada ditengah lingkaran orang-orang (yang mungkin bisa disebut) nakal dan (yang mungkin bisa disebut) tidak nakal, -walaupun saya cukup meragukan definisi nakal dan tidak nakal pada umumnya karna relatif sekali bagi saya. Berada dalam lingkaran dua arus tersebut tanpa pernah menjadi bagian daripadanya membuat pola pikir saya selalu mengacu dari dua perspektif untuk memandang dunia ini. Saya ibaratkan diri saya minyak dan dua arus tersebut adalah air soda dan air sirup. Kalian bisa gambarkan, bukan ?

Tadi tanpa terprediksi, Ita cerita soal adik cowonya. Mendengarkannya membuat saya flashback kebeberapa nama teman yang ada dalam hidup saya dan juga mempunyai korelasi sifat-prilaku dengan adiknya. Seorang lelaki, bagi saya, tidak bisa disebut nakal apabila hanya dilihat dari prilakunya yang merokok, mengkonsumsi alkohol, narkoba, dan ber-tatto. Tapi anak itu bisa dikatakan nakal apabila sudah merugikan orang lain atas apa yang sudah dilakukannya. Saya selalu punya prinsip seperti ini, okelah saya memang kecanduan tembakau, saya peminum alkohol (walau saya cukup selektif memilihnya), tapi tidak untuk narkotika (alasannya karna kimia sedangkan tanpa narkotika secara sadar atau tidak sudah banyak kimiawi dalam tubuh ini), namun bukan berarti dengan hal-hal tersebut lantas membuat saya bertingkah konyol hingga merugikan orang lain. Saya selalu tanamkan, seberapa mabuk diri ini maka disitu pula akal sehat saya harus tetap sadar.

Namun adiknya ini (dengan amat sangat hati-hati) bisa saya katakan nakal. Terlepas dari substansi apapun yang ia konsumsi, ada hal yang mengarahkan saya untuk melabeling nya dengan sebutan nakal: merugikan orang tua. Saya masih ingat ketika masih SMP dulu, entah karna sebab apa saya bertengkar dengan mama hingga dia menangis. Baru kali itu selama hidup saya membuat mama menangis. Lalu apa yang saya rasakan adalah penyesalan dan rasa durhaka yang amat sangat. Sejak saat itu saya berusaha untuk menjaga hati dan pikirannya, tak mau lagi membuatnya menangis dan mudah-mudahan hingga detik ini pun demikian.

Orang tua bagaimana pun kerasnya tetap orang tua bagi saya. Papa adalah orang yang amat sangat saya benci, terlebih prilaku masa silamnya yang tak bisa ditoleransi. Sempat saya menegasikan perannya sebagai panutan keluarga, dalam arti saya malas mendengarkan nasehatnya dan selalu membantah perintahnya, walau kadang saya yang salah. Namun semakin kesini, saya sadar, terlebih setelah pada momen tertentu saya melihatnya tak mempunyai peran atas keberadaan saya. Perasaan sedih, bagaimana bisa seorang kepala keluarga bisa kelihatan lemah. Saya akui, tak bisa selamanya terus berkutat pada kesalahan masa lalu. Maka saya pun mulai memaafkannya secara perlahan. Hingga pada akhirnya hubungan kami membaik bahkan lebih dari sekedar anak-orang tua, kami seperti teman. Saya selalu terima dimarahi sebagaimanapun marahnya dia apabila saya memang salah dan dia pun menerima kesalahannya apabila saya mulai kritik. Kami saling koreksi kemudian intospeksi.

Sejak saat itu-lah, saya tidak pernah terganggu dengan hal apapun kecuali mereka yang merugikan orang lain khususnya orang tuanya sendiri. Rasanya ingin sekali saya rajam. Berlebihan memang. Orang tua bukanlah makhluk yang sempurna dan tak bisa salah juga, maka terus-terusan membentuk sikap opsisi dengannya adalah sebuah kesalahan. Kalimat "saling memaafkan" itu memang ajaib.

Kedua, sekarang saya merasa beruntung dipertemukan teman-teman yang tidak memiliki dosis tinggi dalam mengkonsumsi alkohol. Dosis tinggi adalah perasaan yang tak bisa dibendung lagi untuk mengkonsumsi alkohol. Bagaimanapun caranya harus mengkonsumsinya. Nah, beruntung teman-teman saya tidak seperti itu. Kami melihat alkohol sebagai sebuah kebutuhan, jika kami rasa momennya tepat maka akan kami konsumsi sebijak mungkin.

Darisitulah saya kadang merasa heran dengan orang-orang yang tak bisa menjalani hidup secara sadar. Karna sebagian waktunya dipakai untuk mengkonsumsi substansi yang mengakibatkannya ia bergerak dalam alam bawah sadar. Bahkan bukan lagi heran, jika bertemu dengan orang-orang seperti itu kadang saya selalu tertawa terbahak-bahak dalam hati. Tidak mengkonsumsi sebentar selalu merasa ada yang kurang dalam hidupnya, tak peduli waktunya tepat atau tidak. Seperti diperbudak alkohol dan narkotika. Menyedihkan. Hidup ini terlalu singkat untuk dinikmati dalam kondisi mengawang.

Selasa, 03 Maret 2015

Saya gak pernah habis pikir dengan dosen-dosen yang memberikan tugas makalah plus harus dipersentasikan pada awal-awal masa belajar mengajar. Mahasiswa belum dikasih pembekalan apa-apa terhadap mata kuliahnya, tau-tau dipaksa membuat makalah. Dengan enaknya, si dosen cuma memberikan rekomendasi bacaan, ah kalau begini buat apa saya bayar sks. Toh sama saja bertanya dengan mbah google.

Saya pikir dosen macam ini adalah tipe yang picik dan tentunya malas. Ini akal-akalan si dosen, agar kinerja mengajarnya menjadi lebih praktis karna semuanya harus disampaikan oleh si mahasiswanya. Paling banter, dosen menambahkan sedikit setelah si mahasiswa selesai presentasi. Konyol.

Untuk menghadapai dosen macam ini, saya paling malas untuk bersungguh-sungguh. Mending copas dari internet saja. Ngapain cape-cape mikir, saya yakin si dosennya pun hanya modal hapalan dan gak benar-benar ahli dalam bidangnya. Dosen macam ini tidak sedikit jumlahnya di kampus hijau ini. Menyedihkan menjadi mereka. Figur yang tak patut dicontoh.

Lain hal dengan dosen-dosen yang memang ahli dalam bidangnya. Saya selalu suka walaupun kadang banyak teman saya yang malah tidak suka, saya heran. Tipe dosennya asik, mereka menjelaskan dengan gamblangnya apalagi jika disertakan dengan pengalamannya, saya suka, seperti didongenin saja rasanya. Baru setelah itu tugas merendeng, tak soal bagi saya. Disitu lah kesungguh-sungguhan saya diuji. Karna saya tidak mau terlihat cacat dimata seorang ahli.