Senin, 29 September 2014

Merindukan Nidera

Ia begitu menikmati duduk santai di atas sofa lusuh setengah berdebu, matanya sudah memancarkan kantung layaknya Presiden RI yang sebentar lagi lengser jabatan. Pupilnya tergambar resah, mata memerah bukan efek mariyuana. Kepulan asap mengisi ruang kosong langit dan membantu membentuk awan, ia tak kuasa berhenti menghisap walau dada sudah berdebar. Gelisah, itulah dampaknya. Susu kemasan di konsumsi sebagai penetralisir, yah walau itu ia tau cuma sugesti murahan.

Wajahnya lelah. Rambut gondrong ala Noel replika neraka mulai berminyak. Jerawat siap bergerilya menerobos pori-pori, "Setan! Ia coba unjuk gigi!" komentarnya. Jemari bergetar, bukan tremor. Ia melewati hari-hari yang panjang dan kini ia mulai bersenda gurau, tentang apapun. Namun pada satu titik, ia mulai merindu. Terhadap nidera yang tak juga datang berkunjung. "Aku lelah. Izinkanlah aku tertidur sebentar! Datanglah nidera, aku rindu," ucapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar