Senin, 22 September 2014

Aku selalu membayangkan sebuah identitas baru. Dimana yang pernah aku lalui takkan mampuh menjamah ku lagi. Semua kehidupan dimulai seperti pertama kali keluar lubang vagina. Hijrah kesebuah tempat yang jauh dari hingar bingar kendaraan, lampu kota, gedung beton yang tinggi, langit kelabu efek knalpot, dan segala tektek bengek yang membuat paruh ini sesak. Berdiam diri ditengah rimbunnya pepohonan, jika panas terlindung, jika dingin datang mari mulai perapian. Menghabiskan hari-hari dengan lincah namun tidak tergesah-gesah. Santai bercerita sembari menikmati teh ataupun kopi, beer juga boleh. Dengan seseorang yang fokus terhadap kita tanpa membagi perhatian terhadap apapun kecuali cerita kita. Sambil bergantian mendengarkan cerita. Tak perlu menjadi guru. Cukup menjadi pendengar yang baik. Sembari ditemani suara ranting pepohonan dan juga alunan musik yang sama-sama kita sepaki untuk di dengar. Dan Mengakhiri malam dengan bercinta tanpa harus meminta ataupun memaksa.

Merasakan terbangun oleh tajamnya sinar matahari yang mencuri celah melalui lubang ventilasi. Tak pernah ragu untuk menarik nafas dalam dan berulang-ulang. Saling berbagi senyuman walau nafas belum terjamah pepsodent. Kemudian saling berpelukan sebagai tanda syukur tanpa peduli apakah kau sudah pakai deodorant atau belum. Saling membasuh bagian belakang tubuh dengan air yang segar. Bergegas keluar rumah untuk bertamasya kesekeliling rumah. Jika bosan melanda, saling menikmatinya berdua. Jika bosan menikmati bosan, berdua mencari cara menumpas kebosanan. Tak peduli siapa yang lebih dulu mengambil inisiatif, asal tercapai kebahagian berdua, maka laksanakanlah segera tanpa pamrih.

Faktanya, setiap pagi hari aku masih terbangun menjadi bagian dari masyarakat idustri. Segala imaji adalah hal terpenting dari sekedar esensi. Materi menghilangkan kasih sayang dan logika. Kemewahan dalam bentuk apapun menjadi parameter kebahagiaan. Berkunjung ke convenience/departemen store dan pulang membawa banyak kantong belanja adalah sebuah kebanggan. Semu. Hahaha... Inilah kehidupan ku yang nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar