"Siapa namanya ?" bisik kecil dalam otaknya. Dia masih terpanah dari kejauhan menikmati sosok yang berada beberapa meter dari tempatnya berdiam diri. Beberapa hari belakangan ini, ia sibuk mengembang status baru The Holy Stalker. Predikat yang ia sematkan sendiri berkat aktivitasnya mencari tau soal dia.
"Barang sederhana namun berkelas," gumamnya. Beberapa kali ia mencari celah untuk mendekat namun beberapa kali pula keberaniannya melebur oleh nervous yang hebat. Ia hanya bisa menikmatinya dari kejauhan dan beruntungnya ia tumbuh dalam perkembangan telekomunikasi yang hebat; sehingga mampu menjamaahnya melalui dunia maya tanpa terdeteksi. Ironis memang.
Pada satu ketika, keberaniannya meledak. Ia kerahkan segala cara untuk "menghancurkan es" namun tetap membeku. Kini, dari kejauhan itu, ia pusing bukan kepalang, trick nya habis. Ah, ia lemah atau memang ia adalah pemimpi sejati yang masih terbayang oleh sejarahnya sendiri ?
Dia yang anggun, sederhana, dan tampak seperti calon ibu yang baik, masih tak pernah sadar bahwa ada seorang lelaki yang memandanginya dari kejauhan dan selalu menikmati senyumannya. Sementara lelaki itu semakin terpojok oleh ketakutannya sendiri. "Menghadapi satu orang yang kita sukai ternyata lebih sulit dari pada menghadapi audiens saat presentasi di depan kelas," celetuknya sendiri.
For a minute there, I lost myself, I lost myself.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar