Sabtu, 27 September 2014

Semakin hari semakin kami semua dibuat layaknya boneka. Dengan bebas mereka membawa kami ke kanan dan ke kiri. Meski kami menolak, mereka menyuguhkan kami dengan seantero fantasi manis. Hingga pada akhirnya di antara kami terpecah, sebagian terbawa ke kanan dan sebagian lagi ke kiri. Sedangkan kami yang berada di tengah, tak henti menahan perihnya terombang ambing.

Sebagian dari kami yang terpisah, kemudian saling tak bersentuhan. Tercerai. Berai. Mereka sukses membuat koridor pemisah di antara kami semua. Berada di tengah tak jua nyaman. Posisi tersebut membuat kami harus pasang badan dan pikiran yang jernih nan merdeka. Salah perhitungan langkah sedikit saja, kami akan segera terhisap; entah ke kanan atau ke kiri.

Entahlah bagaimana nasib kami semua di kemudian hari. Sampai kapan pun kami akan tetap menjadi boneka. Sekarang saja kami bisa tercecer seperti sekarang ini. Aku hanya terdiam, tak henti menghela nafas panjang, berdoa, dan selalu meminta pada tuhan untuk selalu di berikan semangat untuk berfikir jernih nan manusiawi. Tak ada yang dapat aku percaya, selain diri ku sendiri. Situasi seperti ini bagai berjalan di tengah-tengah perkebunan salak yang rindang.

Jika memang mitos mengenai hancurnya Atlantis di karenakan sikap mereka yang angkuh, aku prediksi bahwa hal itu akan kembali terulang saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar