Tiada yang lebih menyenangkan bagi saya dari mengasingkan diri dalam kehidupan yang serba ruwet ini. Berlari sejenak dari kerumunan masyarakat urban, menjumpai diri sendiri dalam kehampaan. Sejatinya untuk melakukan proses alienasi seperti ini, saya tidaklah muluk-muluk. Tidak mesti pergi ketengah hutan, pinggiran pantai, puncak gunung, atau pelosok desa yang nun-jauh dari peradabaan modern. Di rumah seharian pun bisa saya lakukan. Meski diakui bahwa tempat terbaik ialah berada di tengah alam dengan sedikit/tanpa manusia selain saya.
Setiap pulang ke Garut, saya selalu menyempatkan diri ke daerah Darajat. Persisnya di daerah PLTU milik Chevron yang hanya sedikit orang yang melintas di sana. Tempatnya penuh dengan pepohonan, udara sejuk, kadang kabut tipis diam-diam hadir, dan suara mesin uap yang terdengar cukup menyeramkan, yang paling penting bebas biaya masuk. Di tempat itu saya selalu menghabiskan waktu, sekedar menghabiskan beberapa batang rokok dan minuman kemasan juga (terkadang) beberapa halaman buku sendirian -meski tak jarang saya datang berdua. Tempat tersebut ialah tapak tilas di mana proses komplempasi selalu saya mulai. Pada akhirnya menjadi tempat favorit setiap pulang ke Garut. Kendati jaraknya lumayan jauh dari rumah. Tapi tak ada alasan untuk tidak pergi ke sana.
Saya selalu senang mengalienasi diri seperti itu, semacam terapi kepenatan yang murah nan berfaedah. Saya selalu merasa lebih baik setelah melaluinya.
Saya sempat iri dengan mereka-mereka yang tinggal di daerah pegunungan. Aktivitas mereka seru. Namun ada hal yang cukup disayangkan ketika mereka-mereka yang di sana malah mendamkan kehidupan layaknya orang perkotaan. Seandainya mereka sadar, kehidupan di kota tidak lebih baik dari pada kehidupan mereka sekarang dan betapa irinya kaum urban dengan aktivitas mereka. Tentu mereka akan merasa buang waktu telah bermimpi untuk menjadi kaum perkotaan.
Suatu saat nanti, mungkin saat saya telah pensiun dari dunia kerja dan memasuki senjalaka usia, saya akan tinggal di pedalaman desa. Menjauh dari kebisingan masyarakat industri. Itupun kalau masih ada desa seperti yang saya damkan. Semoga saja kelak, masih ada desa yang belum disulap investor menjadi kota.
Oh yah, jika kalian khendak berpergian ke daerah-daerah terpencil atau pegunungan yang tentram. Sesekali dengarkan rintihan Bob Dylan, solois folk ini adalah favorit saya setiap kali mengasingkan diri (terutama ke alam terbuka). Mari kita temukan ketenangan bersama!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar