Sabtu, 06 Agustus 2016

Terkadang ada saja hal-hal yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Mereka, orang tua, selalu berbuat begini lah lalu begitu lah; perintah ini dan itu; dengan mudahnya. Tak jarang, mereka selalu memaksakan khendak pribadinya. Memposisikan diri layaknya seorang diktator yang maha-benar dan bebas titah. Pada satu titik, kita sebagai anak seketika tak ubahnya boneka.

Jangan tanya perasaan saya ketika mendapati prilaku orang tua seperti itu ?

Ketika masa-masa SMA, saya pernah bertengkar, adu mulut, sehinga semua serapah keluar. Sebabnya saya lelah diprilakukan layaknya anak kecil dan setiap gerak selalu didikte. Itu pemberontakan pertama saya. Kemudian yang kedua, saya berbuat hal yang sama. Bahkan lebih parah, selain makian yang keluar dari mulut, saya menyebut orang tua -khususnya Papa- sebagai musuh nomer satu dirumah. Saya membuat sebuah propaganda di kamar:


"Orang tua yang tidak tahan kritik boleh masuk kranjang sampah. Orang tua bukan dewa yang selalu benar dan anak bukan kerbau"

Sebuah kalimat milik Gie yang saya kutip dan subjek kalimatnya saya ganti menjadi "Orang tua" sebelumnya "Guru".

Situasi menjadi tambah tidak kondusif, setiap kali didikte saya selalu berontak dengan kata-kata. Saya melawan mereka, menganggap mereka salah dan saya benar. Kemudian saya merasa jumawa. Dalam hati saya berbangga, sebab saya menilai mereka salah.

Tapi...

Setelah bertahun-tahun kemudian, saya mulai merasa malu. Hal yang dulu saya banggakan, perlahan saya ratapi. Melawan dan mengkritik orang tua yang dulu selalu membuat saya bangga, kini malah membuat saya tampak bodoh.

Siapa saya ?

Anak kemarin sore, yang sudah besar kepala hanya karena senang membaca buku. Lalu seenaknya bisa menilai orang tua yang sudah hidup puluhan tahun dari saya. Parahnya, menganggap mereka salah.

Yah, mereka hanya tamatan SMA. Membaca pun seadanya. Tidak mengenal program parenting dari pakar anak manapun. Sehingga terkadang cara asuhnya diluar khendak anak tapi saya percaya semua itu atas dasar kasih sayang cuman cara penyampaiannya saja yang kurang tepat. Meski begitu, mereka adalah orang tua yang sangat-amat berjasa melahirkan manusia paling sok tau seperti saya ini ke bumi.

Terkadang ada saja hal-hal yang dilakukan oleh seorang anak, memang. Merasa paling tau dan benar dari orang tuanya, dengan modal asumsi "zaman telah berbeda" padahal siklus hidup yah gitu-gitu saja. Dan mereka, orang tua, jelas-jelas lebih dulu melalui semua fase dalam hidup ini bahkan yang belum si anak lalui. Tapi si anak sudah keburu besar kepala duluan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar