Jumat, 24 Oktober 2014

Terbelenggu Rindu

Tidak terasa sudah hampir satu tahun lamanya, kita sekeluarga terpisah di dua kota berbeda. Aku dan papa di Depok, karna memang aktivitas kita semua disini. Sementara Mama, Putri, dan Adit di Garut. Ini adalah jenjang waktu terlama tuk kami berpisah. Bahkan aku sempat tidak percaya ketika bangun pagi hari tiba-tiba bukan di rumah. Yah, aku dan papa sekarang tinggal di rumah nenek memang.

Jauh dari mama merubah semuanya. Biasanya untuk urusan pakaian mama yang selalu mencuci dan mentriska pakaian ku, tapi sekarang semua itu harus dikerjakan sendiri. Kadang kalau waktunya lagi cukup, aku kerjakan. Malah sekarang, aku terbisa berpergian tanpa menstrika kaos, kecuali kalau ingin bertemu gadis.

Seperti sekarang ini, tugas kuliah sedang banyak-banyaknya. Tadi selepas mandi aku melihat pakaian ku menumpuk di bak cucian kotor, jumlahnya banyak. Walaupun besok libur, aku belum bisa mencuci sekarang. Karna beberapa jam lagi mau ke Cipanas bersama CBA. Celana dalam ku sisa satu, satunya aku kenakan dan satunya lagi buat cadangan esok hari. Sementara yang lain, aku rendam di ember, entah siapa nanti yang sudi membilasnya. semenjak tinggal di rumah nenek, celana dalam ku banyak hilang-hilangan. Entah tuyul mana yang tragis nasibnya mencuri sempak.

Untuk urusan makan pun begitu kadang tak bisa seperti dulu lagi, mama hampir setiap hari masak. Beda dengan nenek yang jarang-jarang masak, maklumlah umurnya sudah tua (entah berapa jumlahnya, saat aku tanya ia lupa dan hanya nyengir). Jadi terpaksa aku beli diluar, atau makan seadanya. Untuk menu makanan sih sebenernya makanan favorite ku terbilang murah meriah. Nenek pernah heran kenapa setiap kali aku dibelikan ayam, hanya di makan sekali. Rupanya nenek belum kenal dengan ku, ia tidak tau kalau produk hewani itu adalah pilihan terakhir untuk di santap. Aku sangatlah menyukai tempe. Malah kadang, aku bilang sama nenek untuk terus menyediakan tempe saja ketimbang telur apalagi ayam. Lagi-lagi dia hanya nyengir dan bilang "Bosen, tempe mulu". Hahahaha...

Aku sedikit bersyukur, karna pola makan ku yang tidak menghabiskan uang. apalagi ditengah kondisi perekonomian keluarga yang tak sebagus ketika aku masih SMP dulu. Rasanya dengan uang jajan yang serba pas-pasan, pola makan vegetarian benar-benar membantu (inget! aku bukan seorang veggie). Makan di warteg dengan tempe dan sayur-sayuran saja sudah cukup. Indahnya dunia. hahaha... Selain karena hal keuangan, tapi memang entah kenapa aku memang menyukai makanan nabati. Soalnya, ada perasaan yang tidak mengenakan pasca menyantap kudapan berbahan dasar hewani. Ini sugesti atau... entahlah. Yah kalau banyak orang menilai menyantap makanan hewani adalah simbol kemakmuran seseorang, aku berpikir sebaliknya.

Tapi ada satu yang aku sesali yakni merokok. Ternyata setelah diselidiki, duit jajan ku habis untuk membeli rokok. Sial memang, aku ingin berhenti tapi niatnya masih belum kuat. Sudah beberapa hari ini aku mulai mengurangi rokok. Dari yang biasanya beli sebungkus sehari, kini aku mulai membeli perbatang. Bahkan kadang aku mulai bisa berhenti tapi bukan dalam urusan menghisap melainkan membeli. hahaha... Siasaat mengurangi rokok karna faktor finansial adalah dengan cara minta rokok kepada teman mu yang menyukai jenis rokok yang sama. Tapi jangan terlalu sering, nanti mereka gondok.

Imbas dari jauh dari mama juga menghantam sektor perekonomian ku. Dulu kalau ada mama, biasanya untuk segala urusan perlengkapan mandi seperti sabun, shampo, pasta gigi, detergen, hingga sabun muka (kalau ini, biasanya sih nebeng sama punya mama), mama yang beli dengan anggaran perbulan dari gaji papa. Tapi sekarang, aku yang tanggung semuanya. Walau ini bukan kewajiban yang diberikan oleh siapa-siapa secara resmi, tapi setiap kali barang-barang tersebut habis, entah kenapa selalu bertepatan dengan waktu ku mandi. Jadi mau tidak mau, aku yang beli.

Dengan uang jajan yang serba pas-pasan itu aku pergunakan untuk berbagai hal. Beruntungnya aku masih menjalani satu usaha jualan merchandise band yang kadang keuntungannya bisa menyelematkan ku di akhir bulan. Ada sedikit sisa untuk mentraktir nenek ubi cilembu. Tapi tetap saja tidak bisa mengajak pacar vakansi ke pulau apalah dan menginap di resort. Maka dari itu mantan pacar ku sering kali marah. Sampai akhirnya aku putuskan saja. hahaha... Seperti kata Silampukau: cinta itu buat kapan-kapan/kala hidup tak banyak tuntutan. Dia pernah bilang, tidak akan ada wanita yang tahan dengan pria seperti ku. Yah, kalau semua wanita kaya kamu, berarti aku tunda pacaran hingga sukses menjadi wartawan nanti (atau tidak, minimalnya ketika sudah bekerja). Tapi tidak, aku yakin tuhan ada dibalik semua ini. Makanya aku tenang-tenang saja. Pasti ada wanita yang tidak mudah mengeluh dengan kondisi pasangannya dan senantiasa bahagia menikmati proses kehidupan berdua. Amin. Intinya bisa diajak berjuang bareng.

Tapi ajaibnya lagi. Tuhan itu mahaadil. Dengan uang jajan yang serba pas-pasan itu, sudah selama setahun ini aku tidak pernah kekurangan. Selalu ada saja rezeki tambahan di setiap masa-masa tengat. Tuhan itu memang penuh dengan kejutan. Ia selalu tau hambanya, yah karna tuhan itu selalu ada di hati setiap hambanya, ia bukan di atas.

Dittus sudah di bawah menunggu. Kami akan menuju ke kontrakan dan bergegas ke Cipanas. Lain waktu pasti aku sambung tulisan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar