Kamis, 26 Mei 2016

Saya sedikit tidak paham dengan orang-orang yang seusia saya namun masih bisa bersikap santai. Masih asik nongkrong sampai pagi dan hampir setiap hari dan kemudian bangun siang. Tidak ada hal yang dilakukan. Tidak bekerja formal ataupun informal. Apakah mereka tidak takut pada kelak akan seperti apa hidupnya nanti ? Tentu jika subsidi dari orang tua sudah diputus begitu saja.

Mereka masih terlihat santai, dengan mudahnya menentukan kapan dan kemana liburan nanti, menjelajah online shop dan belanja, hangout with the kids setiap malam, dan kegiatan-kegiatan yang bertendensi menghabiskan uang. Kadang terlintas di benak saya, apakah subsidi dari orang tuanya itu kekal ? Atau, apakah dia diam-diam bekerja ?

Saya yang tidak bisa santai atau memang mereka yang terlewat santai.

Jika tidak ada halangan, tahun ini saya akan wisuda. Sebelum waktu itu tiba, saya sudah keburu memikirkan langkah selanjutnya. Dunia kerja itu aneh. Kenapa saya bilang aneh ?

Sebab ada yang bilang:

"Susah dapat kerja kalau kita tidak punya pengalaman organisasi!"
"Yah IPK segitu mau keterima di mana?!"
"Ijazah gak penting. Yang penting itu pengalaman dan skill!"
"Jaman sekarang harus ada orang dalam, kalau mau kerja!"

Semuanya belum tentu, sebab ada juga yang masih menganggur meski mereka seperti apa yang dikatakan orang-orang itu.

dan yang paling mengerikan adalah,

"Cuma keberuntungan yang bisa menentukan lo keterima kerja atau tidak!"

Saya menyebut dunia kerja sebagai zona tak-terprediksi. Tidak ada yang bisa menjamin.

Saya menganalogikan dunia kerja seperti samudra yang nun jauh di mata. Saya tidak akan pernah tau bagaimana kondisi lautan di sana, bagaimana ombaknya, dan apa yang akan saya temui. Tapi setidaknya sebelum mulai belayar, saya bisa mencari referensi tentang kondisi samudra itu lalu mengasumsikannya dulu dan terakhir melatih diri untukk segala kemungkinan yang akan terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar