Hal tergila dalam dua hari terakhir adalah, bertemu dengan Jim Morrison. Hahaha. Bukan, lebih tepatnya Jimo KW aka Jimo versi Pamulang.
Jadi kemarin tuh, di tempat kerja yang baru kedatangan seorang vokalis metal tersohor di ibu kota dan nasional, sebut saja doi Paijo, yang akan menjalani sesi foto untuk katalog terbaru. Doi yang datang ngaret, langsung masuk ke ruang pemotretan. Hal pertama yang keluar dari mulut dia adalah "Anjir, efek ng-acid. Jadi gabut gua semalem di kamar." sembari menunjukan kaosnya yang terlah dicoret-coret spidol. Saya pun langsung bengong, sambil dalam hati bilang, "Alig nih bocah! Liar!"
Paijo yang gontai, pun menjalani sesi foto. Pemotretan pun berjalan seru, terlebih karena Paijo sering adu argumen dengan si tukang fotonya. "Coba deh liat Kevin Shield," tegas Paijo. Sang juru potret pun mulai googling. Setelah googling untuk mendapatkan pose dan angle yang si Paijo minta, tetiba Paijo bilang, "Lo gausah liat yang lain. Cukup gua yang jadi referensinya aja. Lo ikutin sesuai arahan gua." Seketika muka di juru potret asem.
Sambil menjalani pemotretan, Paijo mengkonsumsi berbagai substansi. Kurang lebih doi mencapai 3Dimensi. "Coba dong putar Sonic Youth, MBV juga boleh, Portishead juga boleh, BM yah gua," perintahnya pada seorang operator. Playlist jatuh pada Sonic Youth, sembari mengikuti lantunan musik, dia pun terus berposse. Anjir, doi mengingatkan pada Jimo di film biopicnya. Dimana ketika itu Jimo sedang melakukan pemotretan dengan seorang juru potret wanita. Kondisi Jimo sedang giting parah dan sesi pemotretan tersebut berakhir dengan seks diantara mereka. Totally rockstar attitude! Sama seperti Paijo ini. Padahal umurnya sudah mencapai kepala tiga tapi doi masih young till i die banget.
Untuk seukuran Paijo yang lagi giting, doi cukup sadar juga, meski kadang tingkah lakunya suka gak jelas. Ketika gua sedang membahas project branding awareness bareng bos dan pembahasan masuk ke ranah kebebasan, tetiba Paijo nyeletuk "Bener banget tuh, Albert Camus pernah bilang abad 21 itu krisis kebebasan" Saya pun langsung diam dan dalam hati ngdumel, "Anjir, giting aje masih inget Albert Camus. Berat amat." tapi dari situ saya jadi penasaran dengan Paijo jika dalam kondisi sober. Boleh nih diajak diskusi.
Saya pikir Paijo ini cukup jenius, saya beberapa kali baca lirik yang ia tulis bersama band metalnya. Pembahasannya menarik, walaupun tipikal lirik metal pada umumnya.
Selain itu Paijo orang punya passion yang kuat pada musik. Melihatnya saya tercerahkan. Sebab semenjak tahun ini, energi saya untuk musik entah itu menonton, mendengarkan, mencari referensi baru, bermain, membeli stuff tentang musik itu sedang turun sekali. Malah sempat saya mau hidup normal seperti yang lain. Tidak menjalankan webzine lagi, tidak ngband lagi, tidak perlu datang ke gigs, tidak perlu mengorganize acara, menjalankan record label, dan mendengarkan musik seadanya. Tapi melihat Paijo yang lebih tua dari saya masih memiliki semangat yang kuat dalam musik, saya jadi kembali terbakar.
Meskipun saya sadar konsekuensi dari meninggalkan kebiasaan saya berkecimpung di dunia musik, berarti perubahan yang cukup drastis dalam hidup. Akan ada satu hal besar yang hilang, yang mana sebelumnya hal tersebut saya jadikan "obat anti-depresan" dari rumitnya kehidupan. Memang sih, setelah aktivitas saya di musik berkurang, hidup saya menjadi jauh membosankan. Yang ada diotak hanyalah kuliah-lulus cepat-kerja-nikah, ah gila. Hampir gila.
Beruntung hari itu saya bertemu Paijo.
Lulus kuliah, kerja, dan nikah itu memang penting bagi saya. Tapi ternyata adahal yang tak kalah penting yakni berkarya. Sebab itu saya mulai pelan-pelan nulis lirik untuk materi baru band saya dan mulai kembali membuat kolase.
Tanpa karya, saya hanya manusia industri!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar