Kemarin malam saya melihat perompak yang sedang kebingungan ditengah laut lepas. Dalam kondisi persediaan makanan dan bahan bakar yang mulai terbatas, ia berharap segera menjumpai daratan. Kemudian saya melihat seorang awak kapal bicara kepada kapten, katanya kapal harus diputar ke timur karna lebih dekat dengan daratan. Kapten yakin bahwa laju ke utara jauh lebih cepat. Kemudian seorang awak kapal lainnya datang dan bilang bahwa kapal harus putar ke barat karna ia melihat lampu pemukiman nelayan. Kapten masih bersih keras dengan pilihannya, pasalnya ketika siang hari ia melihat banyak kapal berlabuh dari tiang kapal. Dengan komando satu arah, ia pun memerintahkan kapal untuk terus melaju ke utara.
Hari demi hari, perjalanan semakin terasa buntu. Seorang anak buah kapal kembali mengingatkan pada kapten, bahwasanya kapal perlu diputar 180 derajat. Kapten menolak. Ia masih penasaran dengan jalur utara. Keyakinan menemukan pelabuhan kian kuat. Sementara itu persedian makanan dan bahan bakan semakin bertambah menipis. Semua awak kapal cemas, kecuali kapten.
Melihat kondisi yang semakin tak jelas arah, seorang juru masak menghadap pada sang kapten. Ia mengatakan, jika kapten hanya mengikuti penasaran tentu sama saja dengan berjudi jika kalah maka matilah kita semua. Kapten hanya tersenyum. Juru masak itu pun mulai berang, gunakan logika dan lihat realita kapten. Kapten kembali tersenyum.
Lalu juru masak tadi pergi. Ia tak habis pikir. Di dapur, para ABK berkumpul dan mereka memutuskan untuk meninggalkan kapten sendiri. "Kapten samakan perjalanan ini dengan mengejar seorang gadis. Mata dan hati nya tak berlogika. Ia buta. Nafsu yang ia dulukan. Pikir panjang pun tidak," ujar juru masak. "Jika seperti ini, maka kita akan mati dalam ketidak pastian. Terombang ambing dalam ombak penuh hasutan. Siapkah kita berenang dan putar arah ?" tanyanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar