Selasa, 13 Januari 2015

Ante Cia lagi nginep di rumah dan suasana seperti biasa kalau dia dan anaknya, Cikal, datang pasti ricuhnya bukan main. Nada-nada tinggi, sumpah serapah, dan berujung isak tangis pasti selalu ada. Kadang biasa aja melihatnya tapi kalau suasana hati saya sedang tak enak rasanya mau marah-marah saja.

Ante Cia ini tipe orang tua yang sebenarnya belum siap jadi orang tua. Dia selalu marah untuk urusan hal-hal tak penting ke Cikal yang menurut saya adalah anak yang pintar dan jenaka bukan nakal. Cikal yang umurnya baru 4 tahun dipaksa untuk bisa mengerti keadaan ibunya dalam hal apapun, jika tidak maka sang ibu akan marah besar dan tak jarang main tangan. Ini sebuah kesalahan, anak sekecil itu yang berpikir saja masih belum bisa, dituntut harus berperan seperti orang dewasa yang harus peka terhadap sekitarnya. Bukannya orang tua yang mengayomi anak, tapi kenapa orang tua yang memaksa anak melakukan sebaliknya ? Aneh.

Saya juga ingat bagaimana Ante Cia marah, memaki, lalu menampar Cikal hanya karna Cikal tidak mau tidur siang, sementara Ante Cia merasa sudah sangat lelah. Saya kesal sekali kalau ada orang tua yang tidak mau berkorban waktu sedari dini. Saya juga kesal kalau Cikal selalu ditakut-takuti oleh sosok saya: "Tuh ada aa Alfi. Aa gak suka kalau ada anak yang begini/begitu". Muak, padahal mah saya tidak pernah terganggu sama sekali dengan tingkah laku Cikal, kecuali yang bisa membuat saya terpingkal.

Melihat anak kecil diperlakukan demikian, saya ingin selagi menegur orang tuanya tapi tak enak hati. Saya cuma keponakan dan juga sekarang saya sedang menumpang hidup di rumah nenek. Tapi saya tak tega dan juga takut kalau Cikal malah tumbuh jadi anak yang nakal dalam arti sebenarnya, karna perlakukan otoriter ibunya.

Tapi kemarin, saya yang sudah kesal bukan kepalang melihat mereka berdua ribut. Keceplosan bilang, "Udah jual aja nte, anak nya, dari pada bikin pegel terus" Kebiasaan saya yang selalu tak bisa menegur orang dengan straight to the point dan malah bersikap sarkas. Hal tersebut terucap lantaran Ante Cia kesal karna Cikal ketika disuapin makan tak bisa duduk tenang, sedangkan Ante Cia tidak mau melayani Cikal yang memang hiper-aktif sekali dan jadilah Ante Cia marah-marah (kadang memarahinya pun diluar batas seperti sedang berhadapan dengan orang dewasa).

Jika kita menganggap anak adalah titipan dari tuhan, bukannya seharusnya kita menjaga titipan itu dengan baik ? Jika tidak orang yang menitipkannya akan gusar sekali ketika titipan tersebut diambil dalam kondisi yang tak baik.

Dengan lahirnya seorang anak, itu tandanya materi dan terlebih waktu dalam hidup kita (orang tua) harus rela tercurahkan untuknya. Kita harusnya mengontrol dan membantu tumbuh kembang si anak sampai saatnya kita rasa ia bisa melangkah sendiri. Tentu proses ini melelahkan sekali. Jika kita merasa tak siap, jangan pernah berpikiran untuk punya anak. Jika tidak, pelihara saya anjing yang akan menuruti mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar