Jumat, 16 Januari 2015

Setelah rapat tentang pantauhir di Sekret, saya kerumah Yudi untuk memberikannya sebuah kaos LK sebagai tanda terima kasih telah mixing tiga lagu CBA. Disana ada Giring dan Azer, mereka ternyata sedang membahas soal Polisi yang ribut dengan Militer. Perbincangan cukup menghibur. Apalagi ketika Yudi menceritakan, ia pernah memukul seorang Militer yang menyamar sebagai Pocong sewaktu sedang pelantikan di SMU-nya. Karna dia pikir Pocong tersebut adalah gurunya yang menyamar dan terlebih karna reflek akibat kaget, ia meninju Si Militer tepat mengenai hidung hingga mimisan. Sialnya, Yudi malah balik dihajar hingga sesak nafas. Ujung-ujungnya Si Militer minta maaf dan pura-pura care karna tak enak hati. Mimik peraganya Yudi kocak. Saya tertawa terpingkal.

Obrolan malam memang kadang selalu seru. Kita berempat membahas banyak hal dari mulai agama, Giring membuat lelucon perihal PKS yang dianggapnya sebagai wanna be dari Hamas. Lalu Yudi membalasnya dengan bercerita tentang para pejuang FPI yang mau berjihad ke Palestina dan mengaku mempunyai ilmu kebal-anti peluru namun bingung saat ditanya 'bagaimana kalau kena roket?'. Azer bercerita tentang alasannya resign dari bank karna ia anggap riba dan kita pun membahas konsep bank yang super duper tamak. Kita banyak membuat lelucon soal negara serta individu/kelompok ultra-nasionalis dan juga para fasis bertopeng agama. Sedikit pula mentertawai para Punk-punk yang kolot. Tentang konsep DIY-nya HC/Punk yang memiliki benang merah dengan konsep ekonomi syariah Islam dan konsep anarkisme yang membuat saya pada akhirnya justru merasa islami sekarang. Hingga berakhir menceritakan pengalaman boker di WC umum hingga rumah orang yang tidak dikenal sama sekali. Suasana benar-benar serius namun rileks nan bergizi.

Pada intinya kita sama-sama mentertawai dunia ini. Banyak hal yang telah kita tau buruk dalam perspektif kemanusiaan dan juga Islam, namun kita tidak punya power untuk meruntuhkan sistem yang telah ada. Giring menyeletuk "Ujung-ujungnya kita cuma bisa bergantung pada kapasitas diri masing-masing" yah saya setuju sebab itu saya paling malas berdiskusi soal bagaiamana seharusnya pemerintah menjalankan negara dan politik praktis. Semuanya asshole. Hidup ini tak ubahnya permainan namun dengan amat terpaksa kita harus menjalankannya secara serius. Hal itu pula yang membuat saya tak pernah serius dalam apapun kecuali untuk urusan keluarga dan pasangan hidup. hahahaha...

Malam ini penuh tawa. Sesaat otak saya merasa lega. Bolehlah sebagai ancang-ancang menyambut datangnya liburan nanti. Begadang seperti ini termasuk yang saya khendaki atau bahasa lainnya adalah halal. Karna kita tidak benar-benar membuang waktu dan membunuh malam. Kita menikmati malam dengan cara yang berbeda. Saya selalu suka waktu-waktu seperti ini. Bukannya mabuk semalam suntuk, membahas selangkangan, menyanyikan lagu Slank/Iwan Fals (yah kita hanya sekedar menyanyikan tanpa mau kenal esensi dibalik pesan lagunya), sampai matahari datang. Lalu setelahnya tidak ada yang bisa dipetik selain euforia sesaat.

Selasa, 13 Januari 2015

Ante Cia lagi nginep di rumah dan suasana seperti biasa kalau dia dan anaknya, Cikal, datang pasti ricuhnya bukan main. Nada-nada tinggi, sumpah serapah, dan berujung isak tangis pasti selalu ada. Kadang biasa aja melihatnya tapi kalau suasana hati saya sedang tak enak rasanya mau marah-marah saja.

Ante Cia ini tipe orang tua yang sebenarnya belum siap jadi orang tua. Dia selalu marah untuk urusan hal-hal tak penting ke Cikal yang menurut saya adalah anak yang pintar dan jenaka bukan nakal. Cikal yang umurnya baru 4 tahun dipaksa untuk bisa mengerti keadaan ibunya dalam hal apapun, jika tidak maka sang ibu akan marah besar dan tak jarang main tangan. Ini sebuah kesalahan, anak sekecil itu yang berpikir saja masih belum bisa, dituntut harus berperan seperti orang dewasa yang harus peka terhadap sekitarnya. Bukannya orang tua yang mengayomi anak, tapi kenapa orang tua yang memaksa anak melakukan sebaliknya ? Aneh.

Saya juga ingat bagaimana Ante Cia marah, memaki, lalu menampar Cikal hanya karna Cikal tidak mau tidur siang, sementara Ante Cia merasa sudah sangat lelah. Saya kesal sekali kalau ada orang tua yang tidak mau berkorban waktu sedari dini. Saya juga kesal kalau Cikal selalu ditakut-takuti oleh sosok saya: "Tuh ada aa Alfi. Aa gak suka kalau ada anak yang begini/begitu". Muak, padahal mah saya tidak pernah terganggu sama sekali dengan tingkah laku Cikal, kecuali yang bisa membuat saya terpingkal.

Melihat anak kecil diperlakukan demikian, saya ingin selagi menegur orang tuanya tapi tak enak hati. Saya cuma keponakan dan juga sekarang saya sedang menumpang hidup di rumah nenek. Tapi saya tak tega dan juga takut kalau Cikal malah tumbuh jadi anak yang nakal dalam arti sebenarnya, karna perlakukan otoriter ibunya.

Tapi kemarin, saya yang sudah kesal bukan kepalang melihat mereka berdua ribut. Keceplosan bilang, "Udah jual aja nte, anak nya, dari pada bikin pegel terus" Kebiasaan saya yang selalu tak bisa menegur orang dengan straight to the point dan malah bersikap sarkas. Hal tersebut terucap lantaran Ante Cia kesal karna Cikal ketika disuapin makan tak bisa duduk tenang, sedangkan Ante Cia tidak mau melayani Cikal yang memang hiper-aktif sekali dan jadilah Ante Cia marah-marah (kadang memarahinya pun diluar batas seperti sedang berhadapan dengan orang dewasa).

Jika kita menganggap anak adalah titipan dari tuhan, bukannya seharusnya kita menjaga titipan itu dengan baik ? Jika tidak orang yang menitipkannya akan gusar sekali ketika titipan tersebut diambil dalam kondisi yang tak baik.

Dengan lahirnya seorang anak, itu tandanya materi dan terlebih waktu dalam hidup kita (orang tua) harus rela tercurahkan untuknya. Kita harusnya mengontrol dan membantu tumbuh kembang si anak sampai saatnya kita rasa ia bisa melangkah sendiri. Tentu proses ini melelahkan sekali. Jika kita merasa tak siap, jangan pernah berpikiran untuk punya anak. Jika tidak, pelihara saya anjing yang akan menuruti mu.

Senin, 12 Januari 2015

Akhirnya saya bisa datang ke gig lagi setelah cukup lama tidak merasakan atmosfer yang super-panas. Malam tadi, saya ke Maitrin Bar karna Deal Statement main untuk pertunjukannya Keep Talking (Swiss) yang sedang ke Indonesia. Malam yang super keren. Akhirnya saya bisa menjumpai bijian malt dan hops yang terfermentasi lagi. Hahaha... Bahkan dalam kondisi yang menggembirakan. Saya mendapatkan beer secara cuma-cuma dari entah siapa yang meninggalkan satu pitcher large beer. Saya dan Acong saling tatap-tatapan ketika melihan satu pitcher di depan kita. Tanpa basa-basi saya langsung memulainya, lalu Acong, dan akhirnya habis. Hahaha. Saya perlu berterima kasih dengan anda, siapapun itu yang telah memberikan satu pitcher beer ini.

Suasananya benar-benar relax meski acara mulai dari malam. Band-band yang tampil pun all out sekali. Saya suka Unforget Regina dengan gaya garage punknya. Raga Muffin dengan hip-rock ala RATM yang cukup membuat saya terhentak terlebih ketika mereka membawakan "Killing In The Name". Side Off yang total crazy. The Spikeweed yang aduhai dengan ramonescore nya. Struggle of Youth yang sangatlah emo. Deal Statement yang tampil beringas malam itu dan terlebih single terbaru mereka "Buas" yang dibuat dalam rangka kampanye anti pemburuan Gajah yang sedang mereka lakukan. Anak-anak Keep Talking selepas Deal Statement menyelesaikan setnya langsung menghampiri dan memberika applause. Ternyata musik yang Giring Cs mainkan tidak masuk telinga lokal tapi telinga eropa. Hahaha

Banyak kawan-kawan lama yang saya jumpai. Kembali mempererat tali silahturami.

Sabtu, 10 Januari 2015

Malam ini bulan nampak begitu anggun, saya melihatnya ditengah perjalan dari sekret ke rumah. Bentuk bulannya tidak bulat sempurna, tapi ukurannya tidak seperti biasanya kali ini besar sekali. Posisinya pun seakan dekat dengan pepohonan. Rasanya siapapun bisa menggapainya dengan mudah. Tapi sesampainya dirumah, saya langsung naik ke lantai dua menuju balkon dengan membawa kamera. Berharap bisa memotret anggungnya bulan malam ini, sialnya bulan tidak tampak dari tempat saya berpijak.

Warna sinar yang ia pancarkan begitu merona, energi saya pun membara. Saya merasa senang sekali (walau tak bisa mengabadikannya) seperti mendapatkan lotre miliaran. Hal tersebut yang membuat saya semangat untuk menuliskan hal ini. Saya pasang Melancholic Bitch album Balada Joni Dan Susi sebagai soundtrack sekaligus penstabil mood. Saya suka atmosfer musik mereka yang gelap, lirik metafora nan puitis, dan beat yang dramatis namun tidak lemas. Saya mendadak gembira. Hahaha... Kadang saya seperti merasa seperti ini.

Yah hitung-hitung, untuk mengobati kepenatan dua hari belakangan ini. Yang mana selalu membuat saya menahan marah. Pertama, saya telat UAS untuk mata kuliah PR. Kedua, karna Rayi ribetnya bukan main. Tapi yasudahalah, toh hari ini saya sedang bergembira. Saya tak mau merusaknya dengan hal-hal kemarin.

Ada hal yang membuat saya senang. Liburan UAS tinggal sebentar lagi. Menyelesaikan beberapa UAS dan juga prosesi Pantahuir yang digembleng dalam seminggu ini. Ah saya tak bisa menunggu lebih lama lagi untuk pulang ke Garut. Banyak hal yang ingin saya pamerkan ke mama dan putri termasuk bagaimana saya bisa menang lomba dan tentunya kecopetan.

Oh yah, saya sudah punya handphone sekarang walaupun boleh minjam dari Ita yang baik hati seperti peri gigi. Bukan handphone keluaran terbaru memang, tapi amat sangat efektif untuk menjaga kembali komunikasi saya dengan orang-orang. Saya juga sudah punya line for pc, Ita lagi yang membuatkannya dari handphone nyokapnya. Tapi sayangnya setiap chat saya di line for pc akan masuk juga di handphone. Tadi Ita memberitahu saya bahwa dia tau semua isi chat saya di line. Sedikit mokal tapi bukan persoalan besar.

Rabu, 07 Januari 2015

Hari ini benar-benar menyebalkan. Entah datangnya dari mana, tapi saya merasa hari ini tidak indah sama sekali. Membuat saya melakukan hal-hal yang sebelumnya saya sudah tentang untuk dilakukan, tapi saya ingkar. Saya benci diri saya sendiri. Terdengar berlebihan memang, tapi saya merasa semuanya akan berakhir.

Mungkin saya terlampau lelah. Butuh istirahat total.

Selasa, 06 Januari 2015

Mobil halulalang seakan tiada habisnya. Cuaca dingin menusuk hingga ke tulang. Bocah-bocah tanpa keraguan bermain disela-sela keriuhan, mereka akrab dengan debu dan asap kendaraan. Sementara itu, sekumpulan gadis SMA tak peduli, seakan tiada yang lebih penting dari smartiphone di jemari. Langkah pria dan wanita dewasa begitu cepat, mereka tergesah-gesah. Dalam benaknya, timbul keraguan akan detak jam yang berderu cepat petanda upah yang akan berkurang. Seorang gadis belia melenggok anggun menenteng plastik dari salah satu dept.store ternama ibu kota. Bibirnya merah merona, sayang efek gincu. Seorang pria dengan rambut klimis hasil kerja keras pomade mengikuti percis beberapa langkah di belakang sang gadis.

Saya hanya bengong di tengah semua itu. Menikmati keindahan ini. Segala macam bentuk manusia ada, padahal saya cuma berdiri di perempatan lampu merah. Bagaimana kelak keliling dunia ?

Seorang gadis remaja berwajah oriental berjalan santai. Ia terlihat polos dan sederhana. Tampilan hanyalah tampilan, ia melangkah pasti kearah sebuah mobil sedan hitam. Disekelilingnya acuh tak acuh, kecuali seorang pria dengan kotak semir yang mengamatinya. Saya curiga pasti rampok. Namun gerik si pria tidak menjanjikan sebagai seorang yang hendak merampok. Paling dia cuma kagum dan setengah mati menahan rasa takjub melihat gadis yang baru saja pergi dengan sedan hitamnya. Mungkin dalam benaknya terlintas potongan-potongan episode FTV yang sumpah menggelikan. Kasian si tukang semir itu. Cinta telah tersegmentasi bung. Kau yang miskin, jangan harap bisa mendapatkan gadis itu. Saya ingin tertawa tapi tak tega.

Sesampainya di rumah, saya teringat lagi dengan si tukang semir itu. Jika benar cinta telah tersegmentasi layaknya sebuah produk yang sudah ditentukan target pasarnya, bukankah hal itu mengerikan ? Tapi jika cinta tak tersegmentasi, berarti semua cerita irasional FTV itu perlu diamini. Saya memikirkan hal tersebut hingga terlelap. Biarlah jadi PR nanti.

Minggu, 04 Januari 2015

Pipit paling rajin membuat dokumentasi kami (angkatan 29 LPM Aspirasi) dan saya baru saja melihat salah satunya. Video yang saya tautkan ini adalah perkenalan berisis foto-foto kami dalam berbagai kesempatan. Lucu juga melihatnya sekaligus takjub, ternyata kami masih bisa bareng-bareng meski kadang ada gesekan kecil dan itu hal wajar sekali. Toh, pada akhirnya semua akan kembali seperti biasanya.

Suatu hal yang tak pernah saya prediksi akan menjadi seperti sekarang ini.

Sabtu, 03 Januari 2015

BELUM MEKAR

Setiap langkah harus miliki akurasi
Aku tak bisa santai berjalan atau gegabah berlari
Semua serba harus hati-hati bahkan tak boleh sakit kalau bisa
Aku bukan Johny yang kalah judi poker 4 juta tapi bisa santai
Maklum bokapnya masih gagah di Kementrian Agama
Aku bukan Joddy yang habis 2 juta di klub malam cuman untuk mabuk
Maklum bokapnya megang Kelapa Sawit
Aku bukan Hansen yang kerjaannya travelling kesana kemari
Maklum bokapnya punya jabatan di Farmasi
Aku bukan Bekti yang selalu berburu gadget mutakhir
Maklum bokapnya direktur bank swasta
Aku cuma punya tulisan-tulisan ini, webzine, dan foto-foto
Tak bisa semua itu memberangkatkan ibu ke Mekkah
Bersabarlah kalian semua. Bunga sebentar lagi akan mekar
Tunggu dia akan indah!

Kamis, 01 Januari 2015

Udara Depok yang sedari pagi dingin bukan kepalang, merangsang kerinduan akan sesuatu. Rasanya sudah lama sekali tidak bertemu lalu mencicipinya. Dulu kala cuaca seperti ini, saya selalu menyempatkan diri untuk silahturami. Menghabiskan malam berdua dan lebih sering bertiga. Mereka berdua adalah komposisi terbaik kala perjumpaan, suasana menjadi hangat. Kadang kita bercengkerama dengan riang, melupakan sejenak penatnya kehidupan siang.

Mama sudah pernah bilang untuk tidak main lagi dengan mereka berdua. Tapi dengan perlahan saya beri pengertian dan mama akhirnya mengerti. Karna saya tau kapan harus bertemu mereka, terlebih dengan dia. Tenang saja, saya tidak akan sampai pada titik kebergantungan. Mama sebenarnya cuma tak mau Adit mencontoh sikap abangnya. Kalau papa, sudah antipati dengan dia tapi tidak untuk dia yang satunya. Karna papa juga senang bercengkerama dengannya.

Alasan papa cukup klise kenapa antipati, yakni agama. Saya paham. Namun saya selalu yakin selama pertemuan ini tidak merugikan orang lain, tuhan tidak akan murka. Lagipula meskipun pertemuan dengan mereka mampuh membuat saya senang bukan kepalang, tidak lantas membius akal sehat saya untuk lupa jalan pulang.

Saya benar-benar rindu pertemuan itu. Terlebih dengan kau: biji-bijian malt dan hops yang berfermentasi.

Iseng Poto: Liburan ASP

Nyuci tanpa gairah
She has some a peace fingers
Bagaimanapun caranya, asal tertidur
Frame of Nyuci Piring
Stop! Don't do anything
Aku simpan kau untuk menjaga kehangatan
Sadar kamera
Aku kunci kau untuk menjaga kehangatan
Tulisan perdana di tahun 2015 dan saya sudah kehilangan gairah merayakan tahun baru sejak dua tahun terakhir. Bagi saya hal tersebut konyol: dengan kalap kita berburu terompet, petasan, ayam, jagung, arang, dan bersuka cita berlebih dengan volume maksimal. Kita bersuka cita bersama orang-orang terkasih di rumah atau bahkan di jalan. Saling bersorak ketika waktu dihitung mundur menyambut tahun yang akan datang, dalam hati tersemat sebuah keyakinan bahwa tahun besok harus lebih baik lagi, setelah jam 24.00 lewat semuanya semu. Kita pulang ke rumah dengan seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Tidak ada yang membekas kecuali sisa foto/video yang kau rekam, euforianya menguap entah kemana. Nihil.

Pada pergantian tahun kali ini, untuk pertama kalinya saya ke monas. Saya ke sana untuk melakukan peliputan. Hal yang memicu saya kesana adalah Ahok yang akan berjalan dari HI hingga Monas. Saya menunggu cukup lama untuk menantikan orang satu itu, tak apalah ini untuk tugas dan karnanya sosoknya begitu penting untuk saya kemarin. Namun saya mendapatkan sebuah kenikmatan, handphone saya hilang di copet orang saat saya berdesak-desakan mengambil gambar Gubernur Jakarta tersebut. Naas, handphone satu-satunya raib.

Mengetahui handphone saya raib, saya cuma bisa diam sambil mentertawai diri sendiri. Kesal bukan karna kehilangan, namun karna betapa bodohnya saya tidak mengantisipasi hal ini. Saya tidak bisa marah, lagipula marah untuk kesalahan yang bersumber dari diri sendiri, apa bukan tolol namanya ? Saya hanya bisa menyesalinya lalu mentertawakan diri sendiri. Malam yang konyol.

Untuk beberapa waktu ke depan saya akan hidup tanpa handphone. Semoga hal ini menjadi menyenangkan.