Rabu, 26 Maret 2014

Iseng Design: Poster Event Jurnalistik

Poster yang saya kerjakan untuk sebuah event Lembaga Pers Mahasiswa Aspirasi, UPN "Veteran" Jakarta.

Iseng Design: Pop Art Lady Pink Blue

Sebuah pop-art yang saya kerjakan untuk perayaan hari jadian seorang teman yang ia persembahkan untuk sang kekasih. Congrats man!

Selasa, 25 Maret 2014

Kesal Karena Senang

Seminggu ini, mendadak perasaan senang. Entah penyebabnya apa. Tiba-tiba mood sedang bagus-bagusnya. Bahkan sampai begitu senangnya, gua bingung bagaimana melampiaskannya. Tertawa sepertinya kurang cukup. Ada sesuatu yang harus dilakukan, tapi gak tau apa itu. Alhasil, gua mendadak jadi kesel.

Selasa, 11 Maret 2014

Mari Tertawai Penderitaan

Terkadang orang menginginkan kehidupannya berjalan mulus. Tak jarang mereka berdoa kepada sang pencipta untuk terhindar dari segala macam marabahaya, yang justru bagi saya tipikal orang seperti itu adalah pengecut. Mereka munafik, karna menginginkan kehidupan ini selalu berjalan mulus. Dan, saya pikir sang pencipta pun dalam waktu yang bersamaan akan mentertawakan mereka. Jika tidak, mereka dianggap bodoh.

Masalah adalah cara lain bagaimana manusia bisa benar-benar merasakan hidup. Itu persepsi saya. Lagi pula rasanya mustahil jika kita hidup lurus saja. Hidup bahagia terus, mungkin pada satu kesempatan kita pun akan merasa jengah. Masalah hadir sebagai penawarnya.

Ketika itu, proses pendidikan dasar di organisasi saya sedang berlangsung. Kita (calong anggota) diperlakukan semena-mena, kasarnya hak asasi manusia di cabut. Saya-pun mendapatkan perlakukan yang bisa dibilang tidak pernah saya inginkan. Namun, karna itu konsekuensi saya masuk ke dalam organisasi maka mau tidak mau saya terima.

Dan, ketika itu pula banyak senior-senior yang merasa kesal dengan saya. Sebabnya, saya selalu tertawa ketika mereka membentak-bentak saya, menghina, menyuruh saya memperragakan beraneka gerakan yang mereka inginkan. Sampai-sampai saya dibilang mabok obat, minuman, ganja, karna saya selalu tersenyum bahkan tertawa. Walaupun ketika itu saya 100% dalam keadaan sadar tanpa substansi apapun. Saya tertawa bukan karna saya hebat dan ingin menantang mereka. Saya hanya ingin merasakan kebahagiaan dalam kondisi seperti itu. Makanya saya tertawa.

Sama halnya ketika, salah satu keluarga saya tertimpa musibah dan berakibat pada keluarga -tentu saya juga. Di samping rasa duka, saya pun tertawa dalam hati. Bukan karna senang melihat orang terkena musibah. Saya hanya ingin menikmati keadaan dalam kondisi yang seperti apapun.

Bahkan ketika uang di kantong tidak ada se-rupiah pun. Saya selalu tertawa. Rasanya begitu bahagia, sama seperti ketika kantong berisi banyak uang. Saya selalu berujar, "Sempak! Keren banget gua gak punya duit!". Di samping mentertawakan hal tersebut, saya menjadi terpacu untuk mencari celah guna mendapati solusinya.

Ada orang yang bilang hati saya terbuat dari batu. Ada yang bilang saya gila. Persetan! Mereka tidak mengerti saya. Saya hanya mencoba memposisikan diri senyaman mungkin, walaupun itu dalam kondisi paling genting sekalipun. Karna mentertawai masalah bagi saya bukanlah sebuah kesombongan. Tapi ini lebih kepada bagaimana kita menghadapi kenyataan (yang pahit).

Mari berbahagialah dalam penderitaan mu...

Senin, 10 Maret 2014

Iseng Design: LGBT Cloth

Ini adalah design untuk sebuah brand clothing yang fokus kepada komunitas LGBT. Seorang teman saya yang gay berada di balik bisnis ini. Pada dasarnya saya tidak terlalu peduli dengan kehadiran mereka. Karna bagi saya mereka sama saja seperti manusia biasa pada umumnya. Maaf, saya tidak memakai kacamata agama di sini, saya tidak mau menjadi manusia yang tidak manusiawi. Sejatinya, ideal saya adalah agama itu fleksibel. Agama tidak melulu kikuk. So, kenapa saya bisa membantu teman saya ini -walaupun saya seorang heteroseksual.

Sama seperti kita juga. Mereka pun ingin dipandang seperti manusia pada umumnya. Masalah memilih pasangan, itu balik kepada titik kenyamanan masing-masing. Sama halnya dengan kita yang nyaman dengan wanita beramput pirang, berdada besar, berjilbab, hitam, putih, dsb, yang kita pilih bukan atas dasar karna kita seorang heteroseksual tapi karna kita memang mencari sesuatu yang nyaman.

Mari saling menghargai pilihan hidup seseorang!

Iseng Design: RM. Payet

Poster yang saya kerjakan untuk sebuah kios jasa pemasangan payet dll.

Pindah rumah adalah hal yang paling tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Menghabiskan lebih dari 15 tahun di Depok, gua pikir bakalan bisa terus stay di sini. Sialnya tidak. Karna satu problem yang gak mungkin di ceritakan, kita semua harus pindah ke Garut -kampung halaman papa. Tapi untuk sementara ini cuma kedua adik gua dan mama yang harus lebih dulu move ke sana. Gua dan papa masih harus di Depok dengan menumpang di rumah nenek, karna faktor kerjaan kami di sini semua.

Kemarin adalah pertama kalinya gua pulang ke Garut. Dan itu pencampuran antara rasa senang akibat rindu yang terlampiaskan dan rasa miris. Gimana tidak? dulu untuk ketemu mama dan dua adik gua gak memakan waktu dan jauh pula. Kini, untuk ketemu mereka harus menempuh jarak kiloan meter dan berjam-jam.

Gak tau deh ini sementara atau gak. Tapi sialnya, kalau rumah di Depok laku terjual. Mama punya niatan untuk move lagi ke Tasik. Alesannya karna di sana lebih ramai. Gua cuma bisa menjadi pengikut sajalah. Tapi kalau untuk di suruh ikutan stay di sana, gua perlu mikir dua kali. Nyawa gua di sini, di Depok.

Selasa, 04 Maret 2014

Ini tahun kedua gua di Aspirasi (Pers kampus UPN "Veteran" Jakarta). Dan, status gua di sini baru saja menjabat sebagai kordinator produksi, itu artinya gua mempunyai tanggung jawab atas semua produk cetak Aspirasi: majalah dan jurnal. Posisi ini yang sebenarnya gua inginkan, sebabnya gua bisa merubah design layout majalah Aspirasi yang menurut gua sudah tidak relevan dan (jika boleh dibilang) ketinggalan zaman.

Teman-teman se-angkatan di Aspirasi pun banyak yang mendukung, mereka tau potensi gua ada di sana. Dan, gua seperti berhutang harapan kepada mereka. Mulai sekarang gua akan berusaha untuk melakukan yang terbaik.

Sudah beberapa hari ini, aktivitas gua tak bisa jauh dari laptop. Yah, gua sudah masuk ke dalam proses layouting majalah ke-83. Dini selaku Redaktur Pelaksana seperti berharap juga. Dan dia pula yang menempatkan gua di posisi yang sekarang ini. (Lagi dan lagi) gua berhutang harapan.

Tapi semalam, ketika gua Dini dan Bagus mulai mengerjakan sisa-sisa layout. Mendadak gua menjadi kesal dengan mereka berdua. Alasannya, mereka itu pengecut. Mereka merubah sedikit design layout gua dengan alasan takut kena marah senior. Pikir gua ketika itu, betapa kasihannya kedua anak ini, mereka tidak bisa berkembang selayaknya yang mereka khendaki, mereka selalu berada dalam bayang-bayang otoritas senior. Sementara itu, gua benci dengan hal-hal seperti itu.

Aspirasi adalah tempat kita semua belajar dan ketika itu kita bisa bebas melakukan eksplorasi namun tidak melebih esensi atau visi awal dari nya. Setidaknya begitu padangan gua. Namun faktanya ? Kita terkungkung oleh senioritas yang banal. Jika untuk merubah font judul saja kita masih merasa takut kena marah senior, bagaimana dalam hal lain ? Mereka (senior) hidup di masa yang berbeda dengan masa yang sedang kita lewati sekarang. Jangan terlalu ditelan mentah-mentah setiap titah mereka. Itu mengapa kita perlu menjadi nakal sedikit, agar tidak mudah diperbudak orang. Ternyata dalam organisasi yang mengemban sikap indepedensi tersebut masih terselip nafas-nafas ototriter yang kasat mata. Kasihan.

Belum lama, beberapa hari yang lalu, gua bertemu bang Ruby (senior Aspirasi). Gua pikir bang Ruby adalah termasuk orang yang sejalan dengan pola pikir gua. Di masa jabatannya, ia merubah layout majalah yang di anggapnya kusam dan jadul. Meski mendapat intervensi dari senior. Satu wejangan keren yang gua simak dari mulutnya adalaha "Senior itu banyak maunya. Mereka seperti muntah. Dan kita disuruh menampungnya. Gua dulu 'iya..iya..aja' tapi di belakangnya gak gua lakukan." Dan itu keren. Gua suka cara dia berpikir. Tidak kolot.

Sejauh ini, gua masih mengikuti apa yang Dini inginkan. Dalam pertimbangan, jika dalam proses produksi majalah ke -84 masih seperti ini, terpaksa gua akan hengkang dari organisasi tersebut. Gua bukan cuma mau belajar. Gua mau berkembang. Dan gua mau kita pun berkembang. Bukan hanya melanjuti apa yang dulu mereka kerjakan. Buat apa begitu ? membosankan.

Oh yah, gua tidak benci Dini dan Bagus secara personal, mereka orang-orang baik. Gua hanya sedikit gusar ketika mereka berada dalam institusi ini.