Saya mencarinya, berjalan menuju kejauhan. Dalam perjalanan itu banyak ditemui sosok yang saya kagumi. Sosok yang baik dan teduh sekali. Saya jatuh cinta. Kemudian menyempatkan diri singgah di rumahnya. Meski tanpa diundang sekalipun. Tak apalah, walau beliau kadang tak ada di rumah.
Kembali, saya melanjutkan perjalanan. Hingga bertemu orang yang saya kenal. Kami berbincang lalu saya ditampar keras. Ia berkata, "Hendak kemana kau ? Apa yang kamu cari ?" tanyanya berendengan. Tak sempat saya jawab. Ia kembali berkata, "Jangan terlalu jauh. Jika yang dekat belum kau jelajahi."
Saya tertegun. Membatin dalam hati, ada rasa malu dan kurang ajar dalam diri ini.
Saya memutar arah balik. Menyusuri rambu-rambu jalan ketitik semula. Bukan untuk kembali. Hanya singgah saja.
Ternyata saya telalu terburu-buru untuk menggapai yang jauh. Sebab ridho terletak pada yang dekat.
Hatipun menjadi tak karuan. Perasaan bersalah pada orang tua, saudara, nenek dan kakek hinggap. Saya menangis karena kepalang malu.
Tapi tak sedikitpun saya menyesal telah bergegas menuju kejauhan itu.
Lain waktu, saya akan susuri lagi.
Tapi nanti, jika yang dekat telah berhasil saya cium telapak kakinya.
Berikanlah hamba, ridho mu. Wahai pemilik semesta, sang maha-segalanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar