Minggu, 05 April 2015

Semalam benar-benar amazing buat saya secara pribadi. Bagaimana tidak gig sederhana yang saya organisir bareng teman-teman diluar ekspektasi sekali. Awalnya terbayang biasa saja, paling tidak jauh dengan gig yang biasa kita organize. Tapi ternyata tidak.

Semuanya berawal ketika Lutvi memberitahu saya sebulan lalu bahwa ada teman dari Palembang yang ingin mampir ke Depok dalam rangkaian turnya. Nama bandnya Artmosf, setelah ditelusuri ternyata itu bukan band melainkan duo kolektif (kadang bisa bertiga). Saya sebenarnya pesimis untuk menghandle band karna aktivitas di Aspirasi yang tak terduga, terkadang cenderung tak kondusif. Jadi saya tak mau janji banyak. Selain itu jenis musik yang Artmosf mainkan ini terbilang masih asing untuk ukuran Depok yang mayoritas anak mudanya menggandrungi hardcore/punk/metal. Sedang Artmosf ini memainkan musik yang eksperimental-gelap-bising. Pertimbangannya kita ga mungkin sewa Pasar Segar atau Ramanda untuk menghandle mereka, karna pasti tidak akan terkejar secara finansial.

Waktu berlalu dan tanpa disadari sudah mencapai tengat. Lutvi pun menghubungi saya kembali perihal Artmosf ini, tanpa banyak pertimbangan lagi akhirnya kita memaksakan kehendak untuk mengadakan gig di bekas bengkel las bubut tepatnya peris Workshop Sablon Honest (basecamp kita juga). Singkat cerita, dengan alat pinjam sana-sini dan tentu seadanya kita pun akhirnya bisa merealisasikannya.

Saya, Lutvi, Giring, Ditus, dan Iyoung berhasil mengumpulkan band-band dan mengurusi segala macemnya. Lutvi dan Giring mengurusi alat dan juga band yang akan tampil. Ditus bertugas menjemput Artmosf. Iyoung dan saya mengurusi perizinan tempat ke RT serta warga sekitar.

Lalu apa yang membuat saya merasa takjub adalah pertama, saya dan teman-teman berhasil membuat gig dengan latar belakang tempat yang mungkin tak biasa. Kedua, para penampil yang rata-rata memainkan musik ambient/post-rock adalah tipikal band yang jarang sekali kami handle karna kami biasanya menghandle tur band-band hardcore/punk lokal maupun internasional. Ketiga, walaupun diantara penampil dan kami belum kenal tapi aura keintiman benar-benar ada. Saya pun diantara penampil Artmosf, Ruang0Kosong, dan Kisah Kancil dan Rusa, hanya mengenal yang terakhir, itu karna sosok dibalik proyek musik tersebut adalah teman kampus saya, Dwiky.

Semua teman-teman dari latar belakang kumpul. Walau masih ada yang canggung.

Yang gilanya lagi saya terlibat diskusi yang cukup berat dengan Iyas, Novan (Artmosf), Dwiky dan temannya. Kami membahas mulai dari konglomerasi media. Kebetulan saya dan Iyas adalah anak jurnalistik dan kami mengutarakan opini dari kacamata masing-masing. Padahal saya sudah mulai hilang kesadaran karna jumlah alkohol yang entah berapa kali masuk ke lambung. Kemudian kita membahas pergerakan mahasiswa sekarang yang semakin dibuat jauh dari peran sosialnya oleh kurikulum dan standar pasar kerja yang tinggi. Diskusi cukup berjalan menarik sampai akhirnya saya memutuskan untuk mencari makan karna sudah pukul 3 pagi.

Selain itu, perhatian saya tercuri oleh Ruang0Kosong. Bukan karna musik postrocknya yang mampu menggambarkan antariksa. Tapi karna musiknya digunakan oleh Sigit akan Ruang0Kosong untuk metode belajar mengajar murid-murid di sekolahnya. Dia guru di salah satu SMA di Jakarta Pusat, saya gak habis pikir betapa serunya punya guru seperti dia. Rencananya saya akan menulis tentangnya untuk Warning atau tidak Aspirasi. Semoga energinya cukup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar