Menoleh kembali kemasa kecil dulu. Mengingat musik apa yang dulu pernah singgah ke telinga gua. Nama-nama seperti Bonda Prakoso, Trio Kwek Kwek, Agnes Monica, Eno Lerian, Cindy Cenora, Joshua Suherman, Maissy, hingga Sherina sempat menjadi idola sewaktu kecil. Dan acara-acara seperti Ci Luk Baa dan Tralala-Trilili pun menjadi acara tv favorit semasa itu. Kurang lebih itu semua terjadi dalam periode pertengahan 90 sampai awal 2000.
Seketika itu juga, gua teringat dengan Adit, adik laki-laki gua satu-satunya dan paling bungsu. Ia lahir diawal tahun 2000-an. Dan kini ini berusia kurang lebih delapan tahun. Mencoba membandingkan situasi yang pernah gua alami dengan yang sekarang ia alami. Kalau dari umur lima sampai delapan tahun gua masih sering disuguhkan dengan musik-musik anak anak, Adit justru sedikit atau jauh berbeda dengan apa yang gua alamin waktu kecil. Dia lebih cenderung hafal lagu lagu dari band-band pop dewasa lokal seperti ST12 dan beberapa boyband/girl band seperti Sm*sh, Cherrybelle, bahkan Coboy Junior (ngomong-ngomong Coboy Jr. itu terkategorikan dewasa atau anak-anak sih?). Perihal tontonan pun ia lebih familiar dengan Dahsyat dan acara sejenisnya.
![]() |
Adit In Action |
Wajar apabila Adit lebih cenderung suka dengan musik dewasa ketimbang anak anak. Kembali lagi menengok masa kecil gua dulu(era 90-an) yang kaya akan penyanyi-penyanyi cilik yang tak sedikitnya berhasil merebut hati gua dan teman-teman se-angkatan. Meski pada waktu itu gempuran band-band dewasa berjalan bersamaan dengan musik anak-anak tapi tetap anak-anak masih punya porsi nya tersendiri untuk hal itu. Tidak seperti saat ini, dimana pasar musik Indonesia sendiri sedang banyak mengalami kontradiksi bahkan beberapa pakar serta pemerhati musik mengatakan era musik Indonesia saat ini mengalami penurunan kualitas. Pasar masih didominasi oleh musik pop yang itu itu saja. Alih-alih bicara soal membangkitkan musik anak, selera saja masih dikontrol para pembisnis yang tak ingin tau menahu soal penikmat musik itu sendiri. Media pun ikut ambil dalam fenomena ini, sedikitnya porsi dalam menayangkan program program acara yang sarat akan anak-anak turut ambil bagian dalam minimnya anak-anak menggemari yang notabene tercipta khusus untuk kalangan mereka. Cenderung lebih sering menayangkan sinetron dan acara musik dewasa.
Jelas sudah kenapa sekarang Adit atau mungkin anak-anak sepantarannya sulit atau asing apabila mendengarkan lagu lagu anak-anak. Faktor lainnya mungkin terletak pada tidak ada lagi orang yang berani menciptakan lagu anak anak tanpa peduli laku dipasaran ataupun tidak seperti A.T. Mahmud dan Ibu Sud. Sekalipun ada, jarang sekali yang mengena dengan dunia anak. Memang disisi lain, banyak yang mengatakan bahwa menciptakan lagu anak tak semudah menciptakan lagu untuk orang dewasa.
Sekarang bicara musik, bicara juga urusan isi perut, "apakah bisa musik kita mengisi perut kita juga ? Jika tidak, yah tinggalkan dan carilah yang bisa mengisi perut" kasarnya seperti itu. Para pihak produser pun selaras, mereka tidak berani mengambil resiko perusahaan rekamannya bangkrut begitu saja karna mengorbitkan penyanyi cilik dengan konten lagu anak. Meski sekarang ini muncul nama-nama seperti Umay, Cinta Kuya, atau yang paling terbaru Afiqah. Tetap saja glory lagu anak di tahun 90-an belum bisa kita dapatkan kembali.
Gua disini takkan bicara dampak apa yang disebabkan dari fenomena seperti ini yang dialami oleh anak-anak dalam takaran global, karna gua tidak ingin merasa seolah-olah gua yang paling tau akan psikologi seseorang karna sesuatu. Tapi jika meilhat Adit, yang notabene setiap hari gua temui dan berinteraksi secara intens. Dampak yang ditimbulkan dari lebih seringnya mendengarkan musik dewasa adalah ia lebih dulu bisa bilang "I miss you", "Aku cinta kamu", dan sejenisnya dalam umurnya yang masih delapan tahun ketimbang gua pada waktu seumur dia. Tapi dampak lain yang ditimbulan adalah Adit pernah kepergok gua tengah mengarang lagu cinta dengan tatanan kata yang kadang terdengar absurd, jika seperti ini bisa dibilang dampak negatif atau positif ? Dan ajaibnya, belum lama ini ia berhasil mengarang lagu tentang tema lingkungan yang berhasil direkam melalui ponsel ibu gua yang lagi lagi dinyanyikan sesuai kepolosan anak sekecil itu dan tentu kadang absurd (mungkin pada kesempatan lain, video tersebut akan gua upload ke Youtube). Semua itu kadang ia lakukan disela-sela menyanyikan tembang-tembang hits milik ST12, Wali, Ayu Ting Ting, dan yang paling baru ini ia menyanyikan tembang milik Coboy Junior yang sepenggal liriknya (kurang-lebih) seperti ini, "Bidadari jatuh dari..bla..bla.." gua kurang tau lagi kelanjutannya seperti apa.
Kalau boleh jujur, dalam hal ini, orang tua juga berperan penting. Jarangnya Adit dibelikan lagu anak oleh orang tua bisa menjadi alasan kenapa Adit lebih sering menyanyikan lagu Coboy Jr. ketimbang menyanyikan lagu anak anak.
Memang intinya pengawasan...
BalasHapusKemarin aku nangkep keponakanku yang kelas 2 SD, mengakses situs porno....memang aku ga langsung marahin, ato bilang "itu salah/itu gak boleh"...
Tp aku coba kasi penjelasan yang lebih berusaha supaya dia paham bahwa itu belum saatnya...
Lagipula memang kesalahan kami, meninggalkan dia main game sendirian di kamar....
Oiyah, dan satu hal yang bikin aku kaget juga awalnya, darimana dia bisa tahu alamat URL situs porno?
Dia bilang dari teman sekolahnya....kelas 2 SD.
just share, ada pendapat... :)