Malam ini suasana kamar sedikit berbeda dari hari-hari biasanya. Selain sebuah gadget baru yang terdampar persis didepan televisi. Kondisi kamar hari ini setidaknya memiliki reputasi yang paling buruk, perihal kerapihan, dibanding hari-hari sebelumnya. Lelahnya pasca perayaan sakral umat islam: Idul Fitri, setidaknya bisa dijadikan kambing hitam atas keadaan kamar saat ini. Disamping itu semua kondisi pribadi pun sedikitnya berbanding lurus dengan kondisi kamar. Sedikit aneh perasaan tengah malam kali ini. Bukan, bukan karna perkara asmara, pertemanan, ataupun hidup. Melainkan, akibat 10 trek dalam cakram padat, dan itu-lah penyebabnya.
Berangkat lebih awal dengan membaca sebuah novel karya Dewi Lestari atau sederhananya sering kali disebut, Dee saja. Yang baru ini diadaptasi menjadi sebuah film besutan sutradara Hanung Bramantyo. Sejujurnya tak ada ekspektasi apapun mengenai film tersebut kecuali antusiasme berlebih ingin melihat Maudy Ayunda memerankan Kugy difilm itu. Ekspektasi berlebih muncul justru mengarah pada bagaimana dentuman demi dentuman yang hadir membalut film tersebut, singkatnya bagaimanakah Original Soundtrack(OST)-nya ?
Terkabarlah melalui jejaring sosial, Twitter. Bahwa CD OST.Perahu Kertas sudah bisa didapatkan disebuah toko buku terkemuka. Singkat cerita, CD tersebut-pun terdampar di CD Player. Satu hal yang baru tersadari bahwa Maudy Ayunda turut mengisi sejumlah lagu dalam OST dari film yang ia perankan. Sejujurnya, nama Maudy Ayunda lebih familiar sebagai aktris ketimbang penyanyi. Untuk ini Dee selaku penulis lirik dalam lagu-lagu yang dimana Maudy sebagai penyanyinya, menyampaikan maksud kenapa Maudy yang dipilih sebagai penyanyi dan kenapa tidak memakasi casting lain. Ternyata, semua lirik ditulis dari sudut pandang Kugy, tokoh yang diperankan oleh Maudy dalam film ini. Dengan alasan supaya lebih pas dan menyatuh dengan karakter maka Maudy-lah yang didaulat sebagai penyanyi untuk dua buah lagu dalam OST.Perahu Kertas. Keputusan tersebut berbuah manis. Salut!
Kalau boleh dibilang, salah satu poin plus pada film Perahu Kertas itu terletak pada OST-nya yang seakan mengajak kita untuk mengarungi samudra biru. Ekspektasi berlebih ini nampaknya terjawab sudah. Dan sepertinya tidak berlebihan untuk hal yang satu itu. Memutar cakram padat OST.Perahu Kertas seperti mengajak untuk mengeliling samudra biru.
Dibuka oleh Perahu Kertas. Maudy mengambil ahli departemen vokal yang liriknya ditulis oleh Dee sendiri. Seperti berada disebuah dermaga dan menunggu perahu datang yang siap membawa mengarungi samudra lepas. Itu-lah yang tergambar dalam benak seketika mendengarkan serta membaca lirik-nya. Benar, lagu ini benar-benar wajib bertugas menjadi "Perahu Kertas" yang siap membawa telinga mengarungi lagu demi lagu. "Perahu kertas kan melaju!!!"
Dendy Mike hadir dinomor kedua dengan 2 Manusia yang lagi, Dee, menulis liriknya. "Perahu Kertas" siap menjauh dari dermaga kapten! Bersiap mendayung! Nuansa musik yang masih tak terlalu berbeda dari nomor awal, membuat "Perahu Kertas" berjalan berlahan, menjauhi dermaga.
Dinomor ketiga, Maudy kembali menguasai Microphone dengan Tahu Diri. Masih Dee yang menulis lirik. Dengan alunan musik yang santai dengan iringan background vocal yang menggontai. Membuat "Perahu Kertas" berhenti ditengah perjalanannya, sekedar untuk mengawasi sekelilingnya yang sudah mulai menjauh dari dermaga.
Dayung lagi kapten! Tak usah terburu menyalahkan motor. Karna Trio Vocal 90-an, Rida Sita Dewi tengah asyik memandangi Langit Amat Indah. Suara banjo yang dihasilkan untuk lagu ini benar membuat semangat mendayung "Perahu Kertas" menggebu tanpa harus terburu-buru. Bait pertama pada lagu yang ditulis (lagi) oleh Dee, seakan menggampar pipi untuk lebih mensyukuri apa yang sudah dimiliki, "Lihatlah jauh. Sejauh batas angan mu. Apa yang kau cari. Telah kau miliki. Bersama mu tanpa kau sadari,"
Damn! Dinomor kali ini, A New World, ukulele memiliki peran penting. Dan Nadya Fatira tak kalah pentingnya dinomor yang ia tembangkan ini. "Perahu Kertas" yang bergerak perlahan melewati untaian terumbu karang yang indah dengan semilir angin laut yang teduh, rasanya ingin sekali berteriak lepas, "In This New World!!!". Dee masih menjadi orang yang bertanggung jawab menulis untaian lirik kali ini. Suara Harmonika dibalik iringan ukulele semakin melebarkan senyum ini untuk lebih sumringah menatap keindahan laut dan birunya langit.
Sejauh ini perjalanan menyusuri laut lepas dengan "Perahu Kertas" masih nampak menyenangkan. Sampai pada langit mendadak menghitam. Ombak semakin tak jelas maunya. Angin-pun serupa. Bersiaplah, karna "Perahu Kertas" akan masuk ke zona yang gelap. "Perahu Kertas" terombang ambing. Elyzia Mulachela membuat perjalanan ini sedikit berwarna, setidaknya. Dan Daniel Hartono adalah sosok yang kompeten membuat perjalanan ini sedikit terombang ambing dengan Cinta Yang Tak Mungkin. Akumulasi aksara yang suram sarat akan nafas kegundah gulanaan terbalutkan oleh nuansa musik yang semakin membuat perjalanan ini mengharu biru.
Tarik nafas panjang! Bersyukurlah. Setidaknya "Perahu Kertas" tak hancur melebur pasca melewati zone gelap nan suram. Dengan sisa-sisa energi, "Perahu Kertas" bergerak menggontai. The Triangle kini mengambil ahli lajunya dengan How Could You? Membawa "Perahu Kertas" menepi ke pulau kecil terdekat. Sekedar untuk mengisi kembali energi untuk kemudian bergerak menuju ke dermaga.
Sesampainya di pulau terdekat. Berbaringlah dihamparan pasir pantai yang nampak masih keemasan. Adrian Martadinata tau benar cara membuat penepian ini bermanfaat. Alunan suara vokal-nya yang syahduh dengan iringan musik yang lembut. Membuat tubuh rasanya nyaman berbaring dipasir. Rasanya energi ini pun kembali terisi dengan penuh semangat.
Sial, pulau kecilnya ini nampaknya terlalu indah untuk dipandang barang sejenak. Rasanya ingin lama berada disini. Menikmati sekitar yang asri dan sepertinya belum ter-eksploitasi tangan-tangan para pembisnis. Alunan tembang Tahu Diri yang digarap dengan konsep Minus One semakin membuat jiwa, raga, dan pikiran seakan memiliki daya tarik emosional dengan alam. Sembari melaju perlahan, ada baiknya sedikit bernyanyi atau mungkin humming sembari menikmati sekeliling yang luas.
Senja hampir tiba. Berlomba dengan waktu agar tak terlalu gelap sampai ke Dermaga. Perahu Kertas yang hadir dengan konsep Minus One, menghantarkan "Perahu Kertas" mengaruni perjalanan pulang, kembali menuju dermaga.
Benar perjalanan yang menyenangkan meski sempat menebarkan.
Terlepas dari fantasi diatas yang (mungkin) terlewat berlebih untuk menggambarkan kesepuluh trek dalam cakram padat OST.Perahu Kertas. Semua lirik dan aransemen musik yang ditimbulkan pada masing-masing lagu benar-benar mewakili setiap adegan dalam film. Penonton seakan dibawa turut merasakan apa yang dirasakan oleh pemain melalui musik yang menjadi backsound per-adegan-nya. Meski ada beberapa lagu yang belum muncul di film Perahu Kertas bagian pertama tapi melalui musik serta lirik lagu di OST ini, penonton seakan diberi gambaran tentang apa yang sepertinya akan terjadi pada Perahu Kertas bagian dua nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar