Kamis, 22 Desember 2016

Kepada teman-teman yang saat ini sedang sibuk bekerja mengkafirkan orang lain. Perlu diketahui, bahwa saya saat ini menyatakan diri sebagai kafir. Tidak ada desakan dari pihak manapun, ini kemauan hati sendiri. Adapun hal yang melatarbelakanginya, yakni saya hanya ingin meringankan sedikit pekerjaan teman-teman yang berat.

Jadi, teman-temanku yang baik hati, tidak perlu lagi repot-repot mengkafirkan saya. Dan, bisa konsen kepekerjaan yang lainnya.

Akhir kata, terimakasih atas kerjasamanya. Semoga apa yang kita lakukan selalu mendapatkan ridhonya.

Kamis, 15 Desember 2016

Menyesalah apabila selama ini kita selalu menafikan keberadaan tuhan. Karena tuhan tidak pernah kemana-mana. Tuhan selalu hadir bahkan dalam kondisi kita yang paling najis sekalipun, tuhan masih dekat, lebih dekat dari nadi kita sendiri.

Yah tuhan tidak pernah kemana-mana. Ia selalu bersama kita dalam kondisi apapun. Tak terkecuali ketika kondisi kita sedang penuh najis. Saya bicara ini, karena telah mengalaminya.

Sekitar setahun lalu saya menghadiri sebuah gig di bilangan Jakarta Selatan. Yang datang kala itu banyak yang saya tak kenal, namun tak sedikit yang saya kenal. Berkumpulan saya bersama beberapa orang yang saya kenal dan sisanya baru kenalan hari itu. Seperti biasa untuk merayakan euforia, saya tak jarang menyertakan alkohol di dalamnya. Maka patunganlah kami semua, jadilah beberapa botol minuman.

Dari beberapa yang saya kenal ada dua orang yang baru saja saya kenal di tempat, tanpa peduli siapa dan dari mana mereka, saya ajak gabung. Minum barenglah kita dipinggir jalan. Ketawa-ketawa. Tak begitu banyak obrolan yang terjadi antara saya dan dua orang itu, yah beberapa pertanyaan basa-basi tepatnya. Sekedar mencairkan suasana saja.

Gig pun selesai. Saya dan yang lainnya memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Saya dan dua orang tersebut saling berpamitan. Entah karena saya mabuk atau memang nama mereka yang sulit, saya tidak berhasil mengingat nama-nama mereka. Bukan masalah yang besar, saya pikir, kita dipertemukan memang hanya untuk saat itu saja. Maka pulanglah saya dan tidak pernah ada kontak lagi setelah itu.

Kemarin ketika iseng membuka facebook, tiba-tiba ada sebuah pesan:
A: Masih suka nulis yan ?
B: Masih. Sedikit-dikit sih
A: --orang ini mengirimkan sebuah link info lowongan kerja--
A: Coba kirim cv dan contoh tulisan lo ke sana
B: Lo kerja di situ ?
A: Iya tapi bukan sebagai tukang tulisnya
B: Wah. Gua ngfans banget sama media lo
A: Ya coba aja nglamar. Siapa tau bisa bareng kita

Tanpa pikir panjang, saya langsung menyiapkan lamaran dan mengirimnya via surel.

Dan, orang yang tiba-tiba saja menghubungi saya dan membawa informasi lowongan kerja adalah salah satu dari yang ketemu dan mabuk bareng saya di gig di Jakarta beberapa waktu yang lampau.

Ternyata saya dan dia sudah berteman di facebook. Tapi baru kali itu ada kontak antara kita.

Saya langsung merasakan sesuatu yang aneh dalam diri saya. Bahkan hampir menangis, karena saking terheran-herannya sama apa yang baru saja terjadi. Segala pujian dan terimakasih saya panjatankan kepada tuhan.

Alkohol yang segitunya diharamkan oleh pemuka agama, justru menjadi perantara saya kepada orang tersebut untuk membawakan kabar yang saya butuhkan.

Betapa uniknya, tuhan menunjukan kasih sayang pada hambanya.

Hal tersebut bukti besar, bahwa tuhan tidak pernah kemana-mana. Tapi kita yang selalu melupakan keberadaannya yang sangat dekat dengan kita.

Mulai saat itu, saya pelan-pelan akan mencoba menjauhi alkohol. Saya tidak rela, tuhan yang mahasempurna harus berada bersama saya dalam kondisi yang najis itu lagi. Saya takut su'ul adab kepada sang rabb.

Senin, 12 Desember 2016

Bersama Ren Muhammad di salah satu Pondok Pesantren yang dikelola Abah Umam, Banten.
Ketika bertamu ke rumah Syekh Sohib dan Syekh Ruyani

Sebuah kehormatan bisa sowan kebeberapa orang yang hebat di tanah Banten, bersama dengan orang-orang yang tak kalah hebatnya. Mendengar beberapa cerita tentang leluhur, menjadi keyakinan tersendiri bagi saya bahwa Indonesia adalah bumi pertiwi yang gagah. Tanah yang telah dipijak oleh banyak orang hebat sejak dulu bahkan hingga sekarang.

Sejarah memang berkenaan dengan masa lalu. Tapi saya percaya, sebab dari masa lalu itu masa sekarang dan datang itu ada. Saling berkaitan. Maka sejarah hanya akan menjadi sejarah. Bila tak segera dipelajari.

Minggu, 04 Desember 2016

Jangan pernah ajari saya soal baik-buruknya agama. Percuma, tidak akan masuk dalam otak saya. Ditakuti soal surga-neraka pun percuma, saya gak peduli.

Sebab hidup ini telah banyak mengajari saya, tentang sesuatu yang berasal dari dalam bukan luar. Sesuatu yang dimulai dari dalam dasar hati saya sendiri untuk dipelajari. Baik-buruk nya bukan mengenai hal yang luar, melainkan diri sendiri. Sehingga saya tak punya urusan dengan baik-buruk di luar sana. Sebab mempelajari diri sendiri saja belum selesai-selesai.

Kalau kalian marah melihat keburukan orang lain, hidup ini justru mengajarkan saya untuk marah pada diri sendiri setiap kali berbuat keburukan.

Ditakuti surga-neraka pun tak soal, meski hidup ini mengajarkan saya mempercayainya.
Tetapi hidup ini telah mengingatkan, bahwa sejatinya hidup yah untuk mati. Sejatinya berpergian ialah untuk berpulang.

Terimakasih BigBoss, karena engkau telah menitipkan guru pada ku. Guru yang ku sebut itu hidup.

Jumat, 02 Desember 2016

Malam tadi seorang sahabat bercerita mengenai kesepian yang sedang melandanya. Kemudian ia melempar petanyaan pada saya:
"Lu pernah ngrasa gitu (kesepian) gak ?"

Saya jawab, "Pernah."

Yah saya pernah. Tapi itu dulu ketika usia saya masih belasan, atau ketika berseragam putih-abuabu. Selepas lulus hingga sekarang saya mulai berdamai dengan kesepian. Dalam arti menikmati. Biasa saja menyikapi kesepian itu. Masih kalah dengan rasa lapar yang datang dan kadang kelabakan saya hadapi.

Perihal kesepian karena teman misalnya. Sudah tak saya ambil pusing lagi. Sebab hidup memang penuh dengan hal tak terprediksi. Maka saya mengkhendaki siapapun yang datang dan pergi dalam hidup ini. Tak ada yang perlu diratapi apalagi dikutuk. Semuanya memang tak akan pernah berjalan sama seperti sebelumnya.

Saya melepaskan diri dari ketergantungan orang lain. Bukan berarti saya tak butuh orang selain saya. Bahwasanya saya harus menjalin koneksi dengan orang lain sebagai teman, itu harus. Tapi berharap bahwa semua orang akan tetap berada disekitar kita untuk waktu lama atau selamanya, itu yang tidak saya lakukan.

Siapapun orang itu.

Dengan begitu saya tak bermasalah dengan kesepian.