Aku salah persepsi dengan dunia yang selama hampir sepuluh tahun ku diami.
Ku kira dunia ini adalah tempat teraman dan ternyaman. Ternyata tidak.
Aku pikir aku bisa jadi diriku dan orang lain menerima, ternyata tidak.
Kita sedang berpura-pura.
Lantas, haruskah kembali ke kehidupan lama ?
Dimana segala bentuk toleransi tak ada
Kompetisi meracuni segala lini kehidupan
Sehingga memakai topeng adalah juara
MUAK!
"Hidup itu jangan serius-serius,"
Ini semua tak lebih dari permainan
MUAK!
Menjadi orang gila-lah ditengah mereka yang "waras"
Selasa, 26 Agustus 2014
Selasa, 19 Agustus 2014
Hari ini tidak ada firasat apa-apa kecuali perasaan tidak mengenakan yang timbul berkat bangun siang. Jadwal hari ini cuma pergi ke Tanah Abang untuk membeli sejumlah kain untuk bahan tote bag. Dengan perasaan yang biasa-biasa saja dan mandi yang teramat singkat, aku pun berangkat.
Di sepanjang jalan dari Depok - Tanah Abang, semuanya biasa saja. Cuma sesekali kesal dengan keadaan macet, lucunya aku pun menjadi sumber kemacetan itu sendiri (yah karna aku juga menggunakan sepeda motor). Kebiasaan ku mengarang lirik sembari mengendarai motor pun tiba, situasi seperti ini membuat energi ku terkuras untuk mencocokan setiap aksara. Ku pikir itu lebih baik ketimbang ngdumel gak jelas.
Sampai ketika di daerah Tanah Abang, aku menjajal rute yang tak biasa ku lewati. Biasanya aku memilih belok kiri dan memutar untuk sampai ke toko tujuan. Tapi karna bosan menghadapi macet, ku pikir tak ada salahnya menjajal lewat underpass. Sialnya, ternyata jalan itu tidak menyediakan putaran dan langsung menuju ke arah Cideng. Terpaksa aku harus memutar arah lagi.
Petaka pun dimulai. Motor ku pacu dalam keadaan normal. Sampai aku melihat lampu hijau, aku pun menambah kecepatan, berharap tidak tertinggal. Ketika hampir memasuki garis putih, lampu mendadak merah. Otomatis ku injak rem dengan perlahan, takut motor ini goyang. Tak lama motor berhenti, suara klakson berpadu dengan suara ban yang menahan aspal meruak ketelinga. Dan....BOOOOOOOOOMMMMMMMMMMMMMMMM... aku ditabrak dari belakang oleh mobil.
Beruntungnya aku tidak sampai jatuh, keseimbangan masih terjaga. Aku cuma terdorong hingga ke tengah jalan. Dan pada lampu lalu lintas di sudut lain, sudah memasuki lampu hijau. Dengan perasaan kaget, lemas, ku pacu motor ku.
Perasaan tak karuan. Mengawang. Hampir aku mati.
Sesampainya di jalan yang aman, aku parkirkan motor, beli minum dan rokok. Menghela nafas dan bersyukur. Aku sedikit bingung, reaksi apa yang harus di keluarkan: menangis ataukah tertawa. Namun aku memilih tertawa. Untuk mensyukuri kejadiaan naas itu. Aku tidak ingin berprasangka buruk pada tuhan, bahwa inilah teguran dia karna semalam aku habis menenggak beer di dalam kamar. Namun aku harus berterima kasih banyak pada tuhan ku, ia sungguh baik hati. Aku tidak terjatuh dan hanya bagian belakang motor ku saja yang sedikit trouble.
Di sepanjang jalan dari Depok - Tanah Abang, semuanya biasa saja. Cuma sesekali kesal dengan keadaan macet, lucunya aku pun menjadi sumber kemacetan itu sendiri (yah karna aku juga menggunakan sepeda motor). Kebiasaan ku mengarang lirik sembari mengendarai motor pun tiba, situasi seperti ini membuat energi ku terkuras untuk mencocokan setiap aksara. Ku pikir itu lebih baik ketimbang ngdumel gak jelas.
Sampai ketika di daerah Tanah Abang, aku menjajal rute yang tak biasa ku lewati. Biasanya aku memilih belok kiri dan memutar untuk sampai ke toko tujuan. Tapi karna bosan menghadapi macet, ku pikir tak ada salahnya menjajal lewat underpass. Sialnya, ternyata jalan itu tidak menyediakan putaran dan langsung menuju ke arah Cideng. Terpaksa aku harus memutar arah lagi.
Petaka pun dimulai. Motor ku pacu dalam keadaan normal. Sampai aku melihat lampu hijau, aku pun menambah kecepatan, berharap tidak tertinggal. Ketika hampir memasuki garis putih, lampu mendadak merah. Otomatis ku injak rem dengan perlahan, takut motor ini goyang. Tak lama motor berhenti, suara klakson berpadu dengan suara ban yang menahan aspal meruak ketelinga. Dan....BOOOOOOOOOMMMMMMMMMMMMMMMM... aku ditabrak dari belakang oleh mobil.
Beruntungnya aku tidak sampai jatuh, keseimbangan masih terjaga. Aku cuma terdorong hingga ke tengah jalan. Dan pada lampu lalu lintas di sudut lain, sudah memasuki lampu hijau. Dengan perasaan kaget, lemas, ku pacu motor ku.
Perasaan tak karuan. Mengawang. Hampir aku mati.
Sesampainya di jalan yang aman, aku parkirkan motor, beli minum dan rokok. Menghela nafas dan bersyukur. Aku sedikit bingung, reaksi apa yang harus di keluarkan: menangis ataukah tertawa. Namun aku memilih tertawa. Untuk mensyukuri kejadiaan naas itu. Aku tidak ingin berprasangka buruk pada tuhan, bahwa inilah teguran dia karna semalam aku habis menenggak beer di dalam kamar. Namun aku harus berterima kasih banyak pada tuhan ku, ia sungguh baik hati. Aku tidak terjatuh dan hanya bagian belakang motor ku saja yang sedikit trouble.
Senin, 18 Agustus 2014
Kecil Itu Menyenangkan. Dewasa Itu Petualangan.
Semakin bertambahnya umur, semakin bertambah juga problem dalam hidup yang kita temui. Maka tak salah bila salah satu iklan milik provider seluler itu berkata demikian. Karena sekeliling ku, yang baru menapaki kepala dua, pun berkata dan merasakan hal demikian. Mereka dan aku pun sama halnya. Menjadi dewasa itu kompleks. Banyak hal yang tak bisa untuk tidak kita pikirkan sebelum melakukannya.
Segala sesuatu harus dipertimbangkan. Terlebih segala sesuatu yang berasal dari luar diri kita ikut serta merta mempengaruhinya. Itu hal yang paling menyebalkan.
Kadang ketika dihadapkan pada beraneka ragam masalah, aku sedikit bergurau: betapa menyenangkan masa kecil itu. Yah, bagaimana tidak menyenangkan untuk hal ini itu semua masih dalam kontrol orang tua. Tapi rasanya untuk terus menerus merasa iri antara menjadi dewasa dan anak-anak itu terlalu mengenaskan. sama artinya bahwa kita tidak berani menerima kenyataan dan berresiko. Dan yang lebih mengenaskannya lagi, itu sama halnya kita tidak ingin belajar lebih. Karna memang hidup ini hanya untuk belajar, sampai kapanpun.
Orang-orang seperti ku mungkin tidak sejujurnya ingin kembali kemasa kanak-kanak itu yang apa-apa memang terpenuhi atau tersalin oleh orang tua yang padahal justru itu adalah masa dimana kita sulit melakukan eksplorasi dan melakukan proses pembelajaran bagi diri kita sendiri. Namun orang-orang seperti ku hanya kadang merasa letih menghadapi kehidupan ini. akhirnya kita hanya bisa bergurau untuk tetap menjadi anak kecil.
Menjadi dewasa, otomatis segala perbuatan yang timbul atas diri kita harus diiringi dengan tanggung jawab. Kadang itu yang membuat kita sulit untuk melakukan hal yang sekiranya mengandung resiko terlalu besar, karna itu tadi tanggung jawabnya akan tentu lebih besar. Belum lagi kalau tanggung jawab yang lainnya belum terpenuhi, jika tyidak kuat mungkin kita akan berakhir pada seutas tali atau tajamnya silet.
Masa kecil memang masa yang terindah, kita tidak perlu repot-repot memikirkan bagaimana nasi dirumah harus terus terisis, bagaimana membayar sekolah, dan lain-lain. Tapi menjadi dewasa pun sebenarnya tak lebih dari petualangan. Segala sesuatunya kita yang tentukan dan rasakan. Sejatinya, kedua hal tersebut sama-sama indah namun terkadang menjadi dewsa memang berat. hahaha
Segala sesuatu harus dipertimbangkan. Terlebih segala sesuatu yang berasal dari luar diri kita ikut serta merta mempengaruhinya. Itu hal yang paling menyebalkan.
Kadang ketika dihadapkan pada beraneka ragam masalah, aku sedikit bergurau: betapa menyenangkan masa kecil itu. Yah, bagaimana tidak menyenangkan untuk hal ini itu semua masih dalam kontrol orang tua. Tapi rasanya untuk terus menerus merasa iri antara menjadi dewasa dan anak-anak itu terlalu mengenaskan. sama artinya bahwa kita tidak berani menerima kenyataan dan berresiko. Dan yang lebih mengenaskannya lagi, itu sama halnya kita tidak ingin belajar lebih. Karna memang hidup ini hanya untuk belajar, sampai kapanpun.
Orang-orang seperti ku mungkin tidak sejujurnya ingin kembali kemasa kanak-kanak itu yang apa-apa memang terpenuhi atau tersalin oleh orang tua yang padahal justru itu adalah masa dimana kita sulit melakukan eksplorasi dan melakukan proses pembelajaran bagi diri kita sendiri. Namun orang-orang seperti ku hanya kadang merasa letih menghadapi kehidupan ini. akhirnya kita hanya bisa bergurau untuk tetap menjadi anak kecil.
Menjadi dewasa, otomatis segala perbuatan yang timbul atas diri kita harus diiringi dengan tanggung jawab. Kadang itu yang membuat kita sulit untuk melakukan hal yang sekiranya mengandung resiko terlalu besar, karna itu tadi tanggung jawabnya akan tentu lebih besar. Belum lagi kalau tanggung jawab yang lainnya belum terpenuhi, jika tyidak kuat mungkin kita akan berakhir pada seutas tali atau tajamnya silet.
Masa kecil memang masa yang terindah, kita tidak perlu repot-repot memikirkan bagaimana nasi dirumah harus terus terisis, bagaimana membayar sekolah, dan lain-lain. Tapi menjadi dewasa pun sebenarnya tak lebih dari petualangan. Segala sesuatunya kita yang tentukan dan rasakan. Sejatinya, kedua hal tersebut sama-sama indah namun terkadang menjadi dewsa memang berat. hahaha
Langganan:
Postingan (Atom)