sudah hampir seminggu aku di garut. sudah hampir dua hari matahari tak menyinari kota ini. aku serasa seperti kelompok musik sigur ros yang sedang melakukan tur di pegunungan iceland. dinginnya sungguh tak bersahabat. terlebih tanpa mantel ku yang hangat, aku mulai merasakan tak enak badan. kondisi semakin parah ketika aku terbaung dan mendapati asma ku kambuh. hal yang tak pernah terbayangkan sebelum dan tentu begitu menyiksa.
menyiasati kedinginan ini, setiap pagi aku melakukan sedikit pemanasan dengan berolahraga kecil. lumayan membantu.memang dalam kondisi dingin seperti ini perlu banyak gerak. aku sedikit salah kaprah ketika menelaah tujuan pulang ke garut untuk apa. sebelumnya aku begitu banyak disibukan oleh kegiatan di depok dan selain ingin pulang bertemu keluarga, tujuan ke garut adalah untuk menghabiskan waktu untuk menamati GTA, bermain PES, membaca, menulis, dan bercengkerama dengan anggota keluarga sepanjang hari. aku tak ingin sesibuk didepok ketika berada disini.
beberapa kegiatan ku seperti mengurus lemarikota webzine terpaksa aku liburkan sementara waktu. rencana membuka toko aku pending. membuat kaos dan poster benefit untuk para petani di karawang dan rembang pun terpaksa aku tunda. aku benar-benar ingin menikmati waktu ku di sini. bersantai sejenak dari sistem yang memang telah aku buat sendiri. hahaha...
beberapa hari lagi lebaran. dan ini adalah kali pertama aku harus jauh dari keluarga kecuali papa yang masih tinggal dengan ku di depok. oh yah, anggota keluarga ku bertambah satu, dia adalah bulgar (nickname yang aku berikan karna iatampak seperti bule ketika lahir) dan aku akan bercerita panjang soal dia di lain kesempatan. lebaran ini menjadi lebaran yang luar biasa. yah! aku mendadak rantau. hahaha...
ada yang kurang dari lebaran tahun ini. aku tak bisa bertemu dengan tiara. padahal lebaran kali ini ingin aku jadikan penebus kesalahan pada lebaran tahun lalu yang terasa kelam untuk kita berdua. tapi apa daya. kondisinya sudahberbeda. terpaksa aku pendam rindu ku padanya. dan beberapa jam lalu aku panik mendengar bahwa rumahnya kebakaran, langsung ku telfon dan syukurlah hanya benda-benda yang bisa di beli dengan uang yang terbakar.
walaupun bagi ku lebaran bukan apa-apa selain melanjutkan tradisi yang sudah ada. esensinya sedikit bergeser semenjakaku menganggap lebaran adalah euforia semata dari masyarakat industri kekinian seperti kita. namun untuk seorang yang terlahir dari keluarga dengan pola asuh konvensional, aku turut merasakan perbedaannya yakni atmosfernyayang berbeda. semoga kita bisa selalu menjadi manusia yang tidak pernah merugikan orang lain, hidup dalam cinta, dan selalu berbahagia dalam keadaan apapun. amin...
Sabtu, 26 Juli 2014
Minggu, 13 Juli 2014
Lagi dan lagi bumi Palestina terbakar oleh rudal-rudal Israel. Darah serta tangis dimana-mana. Nyawa tampak tak berharga. Kekalutan, rasa cemas yang tinggi, dan harapan yang tipis seperti sehelai rambut. Berbagai wujud protes meruak di segala penjuru dunia, mengecam segala aksi keji tentara Israel. Tak terkecuali di Indonesia. Kita semua yang ada di bumi pertiwi ini, larut dalam berbagai ekspresi demi mendukung saudara-saudara di Palestina. Sebagian dari kita ada yang asik mengumpat di media sosial, melakukan aksi penggalangan dana, dan sebagiannya berdoa. Yah ini semua kita lakukan bukan atas dasar agama, melainkan kemanusiaan.
Namun hal tersebut justru membuat gua heran. "Ini bukan soal agama tapi kemanusiaan!" yah gua setuju. Kamu tidak perlu menjadi seorang muslim terlebih dahulu untuk membantu Palestina yang mayoritasnya beragama Islam. Itu bagus dan memang sepantasnya begitu. Namun sepertinya pepatah: Gajah di pelupuk mata tak terlihat, semut di ujung samudra nampak jelas, itu berlaku. Belum lama ini Indonesia berduka, khususnya mereka yang tinggal di Rembang dan Karawang. Di mana, di dua kota tersebut telah terjadi aksi penolakan pembangunan pabrik yang sampai menimbulkan korban jiwa akibat ulah tentara yang membela pihak korporasi terkait. Heran ketika aksi sosial untuk Rembang dan Kerawang justru tidak sebesar aksi untuk Palestina. Bukankah mereka juga saudara kita ? Bukankah ini bukan soal agama tapi kemanusiaan ?
Gak masalah lagi sibuk dengan yang jauh, asal yang dekat jangan sampai terabaikan. Semoga kedamaian selalu bersama kita! :)
Namun hal tersebut justru membuat gua heran. "Ini bukan soal agama tapi kemanusiaan!" yah gua setuju. Kamu tidak perlu menjadi seorang muslim terlebih dahulu untuk membantu Palestina yang mayoritasnya beragama Islam. Itu bagus dan memang sepantasnya begitu. Namun sepertinya pepatah: Gajah di pelupuk mata tak terlihat, semut di ujung samudra nampak jelas, itu berlaku. Belum lama ini Indonesia berduka, khususnya mereka yang tinggal di Rembang dan Karawang. Di mana, di dua kota tersebut telah terjadi aksi penolakan pembangunan pabrik yang sampai menimbulkan korban jiwa akibat ulah tentara yang membela pihak korporasi terkait. Heran ketika aksi sosial untuk Rembang dan Kerawang justru tidak sebesar aksi untuk Palestina. Bukankah mereka juga saudara kita ? Bukankah ini bukan soal agama tapi kemanusiaan ?
Gak masalah lagi sibuk dengan yang jauh, asal yang dekat jangan sampai terabaikan. Semoga kedamaian selalu bersama kita! :)
Langganan:
Postingan (Atom)