Kamis, 22 Mei 2014

Untuk Mu Bintang Anarki Ku

Ia sedang berbaring di atas kasur yang tak ku ketahui wujudnya. Ia menggeram sesekali menghela nafas panjangnya. Seorang wanita berdiri tegar tepat di sampingnya, matanya berbinar dan bibirnya tak henti komat-kamit seperti sedang mengucap mantra. Seorang lelaki muda duduk tak tenang di luar ruangan, ia sibuk dengan handphone-nya. Setidaknya semua itu yang ada di benak ku sekarang. Tepat setelah seorang lelaki menghubungi ku via chat BBM.

Kedua kakinya melebar, seakan memberi kesempatan untuk sesuatu keluar dari antaranya. Aku masih tak bisa tenang. Tangan ku terus mengetik, otak ku terbagi untuk menyusun kata-kata dan melafalkan doa. Aku cemas berbalut senang. Semoga semuanya cepat berlalu dengan suka cita nan gembira. Tidak lupa sehat sentosa.

Wajahnya pucat menahan nafas dengan hebat. Keringat mengucur dari segala lini pori-pori kulit. Aku tau ini adalah hal tersulit yang kaumnya hadapi, selain di selingkui suami tak tau diri. Dari kejauhan, dari jarak yang entah berapa ribu mil, aku belum bisa tenang.

Jika nanti semuanya telah berlalu, wahai Bintang Anarki ku. Berjanjilah, rebut kembali sepotong kebahagiaan yang telah tercuri dari hidup ibu mu, kakek dan nenek mu, om mu yang masih kecil itu, dan aku. Berjanjilah, untuk menerangi ruang yang seketika menghitam di antara kita semua selayaknya bintang yang bertebaran di luasnya langit.

Terpenting adalah janganlah kau merasa malu hidup tanpa tiang penyangga yang tak lengkap. Karna kau adalah Bintang Anarki ku, tidak, kau adalah Bintang Anarki kami semua. Kami yang mulai detik nanti dapat kau sebut sebagai keluarga. Berjuanglah untuk keluar dari sana dan pastikan ibu mu pun akan senang melihat mu. Berbahagialah kalian berdua dan kami pun akan demikian merasakannya.

Aku yang akan selalu menjaga senyum mu.

Uncle Alf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar