![]() |
(Photo by Google) |
Langit malam yang pekat dan apabila dalam kondisi yang cerah, maka akan nampak hamparan padang berbintang seakan sedang asyik menggoda rembulan yang kadang nampak malu-malu, menutupi dirinya di balik pekatnya awan gelap-nya malam. Melihatnya, seakan mengantarkan aura tenang nan syahdu kedalam jiwa serta pikiran. Dan, aku nyaris merasakan telah melihat seluruh isi dunia dengan hanya menatapnya.
Langit di siang hari itu terlalu jahat bagi ku. Matahari terkadang, ia terlalu arogan dengan sinarnya yang sebegitu terang dan membuat kedua mata ini memerlukan kacamata hitam untuk menikmati langit pada waktu tersebut. Suatu-hal yang tak pernah ku nikmati sama sekali. Namun itu semua dapat seketika berubah apabila awan mendung datang sebagai malaikat penyelamat.
Langit sore. Adalah waktu yang kurang lebih sama dengan langit malam. Namun, estetika nya lebih terasa. Poin lebih-nya adalah ketika sudah mulai beranjak menuju senja. Secangkir teh hangat dan diiringi tembang-tembang pop ballad mungkin cukup menemani menikmati nya. Sama halnya ketika menatap langit pada malam hari, perasaan yang seakan pernah mengelilingi belahan dunia itu timbul. Selain perasaan absurd dengan tingkat ke-utopian yang tinggi tersebut, aku selalu merasakan damai dan tentram menjadi penyaksi transisi sore menuju malam.
Terdengar belebihan memang, hanya melihat hamparan langit pada waktu-waktu tertentu dapat memiliki rasa seakan pernah mengelilingi dunia. Aku sendiri kadang ingin tertawa terbahak-bahak apabila mengingat hal itu. Bodohnya.
Langit yang luas adalah candu. Sebegitu adiktif apabila jenuh melanda. Aku selalu suka menatap langit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar