Jumat, 19 Juli 2013

"you should show your face as the main points of your self. but I will show my brain as the main point of me"
Awal memulai web/blog zine yang merangkap sebagai netlabel, Lemari Kota, adalah semoga mendapat respon yang cukup hangat dari para penggiat skena hardcore/punk Depok. Harapannya, pada saat itu, ialah Lemari Kota dapat menjadi wadah informasi bagi skena hardcore/punk Depok, semacam media patner untuk para band serta gigs/event organizer lokal. Dapat pula menjadi tempat promosi yang dipercayai untuk menyebarkan luas karya berbentuk musik, acara, ataupun kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan skena itu sendiri. Tapi dengan seiring waktu, respon terlalu dingin bahkan hingga Lemari Kota mau memasuki umurnya yang ke dua tahun (pada tahun ini). Masih jarang band-band Depok yang mengirimkan demo bandnya untuk di review di Lemari Kota yang sebenarnya adalah sesuatu yang amat ditunggu-tunggu oleh saya. Cenderung lebih banyak teman-teman dari skena kota lain yang gemar mengirimkan demo dan terkadang press release-nya juga. Teman-teman dari luar kota merasa masih mumbutuhkan media, meski sebenarnya mereka bisa juga mepromosikannya sendiri. Tapi mereka membuat media (khususnya media DIY hc/punk) menjadi lebih bermakna.

Tapi disamping itu saya cukup memakluminya, entah atas dasar apa saya mencoba memakluminya. Tapi saya percaya bahwa diluar sana setidaknya masih banyak orang-orang yang menghargai apa yang saya lakukan meskipun taraf saya masih amatiran. Benar saja, pada beberapa bulan yang lalu Lemari Kota di percaya untuk menjadi media patner dari sebuah gigs yang menyajikan satu band asal USA, Expired, yang di organize oleh Truside Records. Dan baru beberapa hari lalu, Lemari Kota menjadi media patner untuk sebuah event zine di Jogyakarta bertajuk Hand Made Zine Fair 2013. Sebuah bentuk apresiasi yang baik menurut saya. Media yang saya jadi lebih bermakna. Dan ada hal yang lebih membuat saya terkejut adalah ketika hari ini membuka email seperti biasanya namun letupannya tidak seperti biasa manakala ada sebuah email dari seorang mahasiswi S3 Indonesia yang sedang melanjutkan akademi-nya di Universitas Leiden, Belanda. Mahasiswi tersebut adalah seorang yang kini menetap di Jogyakarta, ia sedang berencana membuat suatu riset tentang 'budaya musik, anak muda, dan teknologi' dan mencoba menetapkan Lemari Kota sebagai narasumbernya. Suatu yang amazing buat saya. Belum apa-apa saya merasa mati rasa ketika mengetahui bahwa Universitas tempatnya menimba ilmu dikenal sebagai universitas riset yang cukup terkemuka di dunia. Saya tidak bisa membayangkan, pertanya apa yang akan ia lontarkan. Saya harus siap sedemikan, sejadi-jadinya.

Sabtu, 13 Juli 2013

Mahasiswa adalah Agent of Change katanya. Yah, beberapa dari kita sudah lupa itu. Tapi tak sedikit juga dari kita yang ingat. Saya sedikit acuh tak acuh dengan kalimat itu. Siapa saja bisa menjadi Agent of Change kok. Termasuk kamu yang cuma lulusan SMU, SMP, atau bahkan yang tidak berkesempatan mengenyam pendidikan sekalipun. Sekarang pun saya sedikit risih dengan pelabelan Agent of Change ditubuh para mahasiswa. Mereka terlihat berisi padahal kosong. Belum mempelajari kasusnya, sudah terkompori senior/teman untuk turun ke jalan yang sebenarnya mereka pun tidak tahu jelas untuk apa turun ke jalan, perlu atau tidak turun ke jalan. Bagi saya ada hal penting yang harus dilakukan sebelum kita benar-benar aksi. Yakni pembekalan serta pemahanan materi/kasus terlebih dahulu itu yang harusnya di prioritaskan. Atau mungkin bahasa kerennya empowerment people. Lawan kita ini bukan pelajar dari STM daerah mana ataupun supporter sepak bola dari klub mana. Lawan kita ini adalah sebuah kekuatan yang bisa melumat mu kapan saja dan dengan cara apa saja yang mereka khendaki, jika kamu tidak punya tameng khusus untuk berperang.

Iseng Poto: Youth Of Today Live In Indonesia









Bonus R.U. Suck:



Rabu, 03 Juli 2013

Iseng Poto: Ketika Keluarga Menjadi Kelinci Percobaan

Butuh penantian panjang untuk bisa mempunyai kamera DSLR. Yah, sebagai penunjang hobi jurnalistik (aku lebih senang menyebutnya hobi meski kadang kadarnya sudah profesional) ku di Another Space Zine, Lemari Kota Webzine, ataupun di LPM Aspirasi.
Sudah lama aku menginginkan benda elektronik yang satu ini bahkan jauh sebelum ketika benda ini menjadi trend dan dianggap sebagai sebuah produk penunjang eksistensi diri yang kadang nilai esensinya patut dipertanyakan oleh sang pengguna.
Aku sering kesulitan untuk mengabadikan moment yang aku anggap layak untuk diabadikan. Sejauh ini -sebelum mempunyai kamera- biasanya aku gunakan handphone smartphone usang dengan tipe kamera VGA milik ku untuk merekam semua momen krusial dalam hidup ku, terkadang juga pinjam punya teman. Tapi beruntunglah, sekarang aku punya sendiri.
Dan sebagai bentuk pengesahannya, aku tangkap semua momen yang terjadi disekitar ku yakni keluarga. Dan dibawah ini ada beberapa hasil jepretan ku yang belum ada apa-apanya. Karena kebetulan aku-pun masih belum mahir menggunakannya, masih butuh banyak proses pembelajaran lagi. Mungkin bagi kalian yang sudah lama terjun kedalam dunia fotografi, gambar-gambar dibawah ini bukanlah apa-apa. Yah, sekali lagi ini memang belum ada apa-apanya. Tapi, siapa yang peduli. Nimati sajalah. Jika ada kritik/saran silahkan berkomentar saja pada box comment dipostingan ini.